KAIRO, iNews.id - Kisah asmara usianya setua manusia. Ternyata tak hanya soal hubungan cinta semata, di zaman Yunani dan Romawi Kuno sudah ada praktik pelet.
Ada dukun asmara yang sudah berpraktik untuk membantu mereka yang jatuh cinta, tetapi hanya bertepuk sebelah tangan.
Praktik sihir atau pengasihan di zaman itu sudah berlaku. Bahkan, baru-baru ini ada penemuan mantra yang tertulis dalam papirus.
Salah satunya adalah Papirus Ajaib Yunani dari Mesir Yunani-Romawi. Isinya adalah kumpulan besar daftar mantera papirus untuk berbagai tujuan.
Sihir secara luas dibuktikan dalam bukti arkeologi, buku mantra, dan literatur dari Yunani dan Roma, serta Mesir dan Timur Tengah. Koleksinya disusun dari sumber-sumber yang berasal dari abad kedua SM hingga abad kelima Masehi dan mencakup banyak mantra pengasih.
Sejumlah mantra melibatkan pembuatan boneka yang dimaksudkan untuk mewakili objek keinginan (biasanya seorang wanita yang dikagumi atau menolak cinta sang pengagum).
nstruksi menentukan bagaimana boneka erotis harus dibuat, kata-kata apa yang harus diucapkan di atasnya, dan di mana harus disimpan.
Objek semacam itu adalah bentuk sihir simpatik atau pengasih, sejenis pesona untuk mempengaruhi rasa suka.
Situs greekreporter, beberapa waktu lalu menuliskan, pada zaman kuno praktik sihir dilarang bahkan bisa dijatuhi hukuman berat, namun pada kenyataannya tetap berkembang luas.
Sejarawan menyimpan rahasia ini agar tidak terekspose luas karena tidak mendukung pandangan ideal mereka tentang Yunani dan Romawi dengan budaya yang lebih maju.
Praktisi sulap profesional mengenakan biaya untuk menulis mantra erotis, membuat boneka ajaib (disebut poppet), dan bahkan mengarahkan kutukan terhadap saingan cinta. Saat melakukan sihir simpatik dengan boneka, perapal mantra percaya bahwa tindakan apa pun yang dilakukan padanya — baik itu fisik atau psikis — akan ditransfer ke manusia yang diwakilinya.
Boneka ajaib yang ditemukan dalam kondisi paling terpelihara dan paling terkenal dari zaman kuno, yang disebut "Boneka Louvre" (abad ke-4 M). Boneka ini menggambarkan seorang wanita telanjang dalam posisi berlutut, diikat, dan ditusuk dengan 13 jarum.
Dibuat dari tanah liat yang belum dipanggang, boneka itu ditemukan di vas terakota di Mesir.
Mantra yang menyertainya, tertulis di sebuah lempengan timah, mencatat nama wanita itu sebagai Ptolemais dan pria yang membuat mantra itu, atau menugaskan seorang penyihir untuk melakukannya, sebagai Sarapammon.
Mantra-mantra yang menyertai boneka-boneka tersebut, dari menggunakan bahasa dan perumpaan dari zaman kuno.
Mantra kuno sering kali kejam, brutal, dan tanpa rasa atau penyesalan. Bahkan dalam mantra yang menyertai Boneka Louvre. Kalau diterjumahkan, bahasanya menakutkan. Bahkan menjijikkan jika dilihat dari masa kekinian.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait