Kisah Jenderal Kopassus Benny Moerdani Nasehati Soeharto: Nek Aku Manut Nasihatmu, Ora Koyo Ngene!

Tim iNews. id
Jenderal Benny Moerdani dilantik menjadi Panglima ABRI atau Panglima TNI oleh Presiden Soeharto. (Foto dok Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan).

JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Kisah Jenderal TNI (Purn) LB Moerdani atau Benny Moerdani memberikan nasihat kepada Presiden ke-2 RI Soeharto berujung penyesalan. Soeharto kala itu tak menuruti nasihat Benny Moerdani.

Penyesalan Soeharto itu disampaikan ketika Benny Moerdani tengah terbaring di kasur perawatan RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Presiden ke-2 RI Soeharto yang datang menjenguk sempat mengutarakan penyesalannya kepada Benny.

Dikutip dalam buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap seri buku Tempo. Dengan suara yang sangat lirih dan nyaris tidak terdengar Soeharto mengungkapkan penyesalannya. Pelan-pelan mata dua jenderal itu pun berkaca-kaca.

“Kowe pancen sing bener, Ben. Nek aku manut nasihatmu, ora koyo ngene (Kamu memang yang benar, Ben. Seandainya aku menuruti nasihatmu, tak akan seperti ini),” kata Soeharto seperti yang ditirukan oleh asisten Benny yang berada di ruang perawatan.

Pada tahun 1980an, bisnis anak-anak Soeharto masuk hampir ke semua sektor termasuk ikut campur urusan pengadaan alat utama sistem senjata ABRI. Namun beberapa kali Benny menolaknya.

Dua hari setelah kunjungan Soeharto tersebut, Benny meninggal dunia pada Agustus 2004 lalu. Benny yang lulusan RPKAD (kini disebut Kopassus) memang salah satu jenderal kepercayaan Soeharto. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat dekat. 

Tak jelas apa nasihat Benny yang membuat Soeharto menyesal luar biasa karena tak menuruti nasihat mantan Panglima ABRI itu. Namun sejak penguasa Orde Baru itu mencopot Benny dari Panglima ABRI pada 1988, publik melihat ada kejangalan. Sebab Benny yang dijuluki Raja Intelijen itu dicopot sebelum Sidang Umum MPR.


Presiden ke-2 RI Soeharto bersama Panglima ABRI Jenderal TNI LB Moerdani atau Benny Moerdani. (Foto Buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap).
 
Kepala Staf Sosial Politik ABRI Letjen TNI (Purn) Haryoto PS menceritakan penyebab hubungan Benny dan Soeharto renggan bukan karena persoalan kursi presiden. Tapi dipicu sikap Benny yang mengkritik Soeharto.

"Bapake nesu banget mergo anake dipermasalahke (Bapak marah sekali karena anak anaknya dipermasalahkan)," kata Haryoto.

Kejadian tersebut terjadi saat Benny dan Soeharto main biliar bersama di Cendana, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan ini, Benny yang masih menjadi Panglima ABRI mengutarakan pendapatnya agar Soeharto 'menjauhkan' anak-anaknya dari kekuasaan. 

"Ketika saya angkat masalah anak-anak itu, Pak Harto berhenti bermain, masuk kamar tidur dan meninggalkan saya di kamar biliar," kata Benny kepada mantan dokter tentara dalam operasi Mandala, Brigjen Purn Ben Mboi saat itu.

Keresahan ini juga dirasakan oleh Ali Moertopo yang saat itu menjabat Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan III. Ali meminta Jusuf agar berbicara kepada Benny tentang anak-anak Soeharto. "Minta dia bicara ke Pak Harto, tertibkan anak-anaknya," kata Ali yang ditirukan Jusuf. 

Nasehati Soeharto Mundur

Mantan Panglima Kopkamtib Laksamana (Purn) Sudomo menceritakan Benny juga pernah menyarankan Soeharto untuk mempertimbangkan mengundurkan diri secara sukarela karena telah memimpin selama 20 tahun. Masa bakti presiden yang terlalu lama. 

Kemudian Benny mengambil contoh Presiden ke-1 RI Soekarno memimpin Indonesia slama 22 tahun jatuh karena pemberontakan PKI. 

Sudomo langsung menghadap Soeharto ketika mengetahui Benny memberikan saran kepada Soeharto untuk mundur. Waktu itu, Sudomo tidak berani memberikan tanggapan lebih lanjut saat dimintai konfirmasi atas saran Benny.

"Saya melihat Pak Harto sangat marah sebab yang menyampaikan saran justru seorang yang pada masa itu paling dia percayai," kata Sudomo dalam buku Benny, Tragedi Seorang Loyalis karya Julius Pour. 

Menurut Sudomo, Benny sudah siap menerima risiko terburuk karena berani mengemukakan pendapat agar Soeharto mundur. Benny pun menemui Sudomo dengan mengatakan pasti tidak akan dimasukkan dalam kabinet.

Saat itu Benny sadar kemarahan besar Soeharto ketika dirinya mengkritik tingkah laku anak Pak Harto. Sudomo berpendapat apa yang dikemukakan Benny mengenai sepak terjang anak Pak Harto banyak benarnya.

"Kalau bukan Benny siapa pada waktu itu berani menyampaikan kepada Pak Harto?," katanya.

 

Editor : Arbi Anugrah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network