Ketika Tarian Jawa dan Sufi Menjadi Saksi Toleransi di Lereng Gunung Slamet

Elde Joyosemito
Tarian Jawa dan tarian sufi memeriahkan rangkaian acara Pemberkatan Rumah Singgah Maria Melung. (Foto: Istimewa)

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id-Tarian Jawa dan tarian sufi memeriahkan rangkaian acara Pemberkatan Rumah Singgah Maria Melung pada akhir Mei lalu. 

Rumah Singgah Maria (RSM) merupakan rumah khalwat atau tempat menyepi dan berdoa bagi umat Katolik yang dikelola oleh Keuskupan Purwokerto. Lokasinya terletak di perbukitan Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas atau sudah merupakan lereng selatan Gunung Slamet.

Rangkaian kegiatan dimulai dengan kenduri selamatan pada Selasa petang. Sekitar 50 orang anggota masyarakat sekitar RSM, termasuk Kepala Desa, diundang untuk bergabung dalam doa yang dipimpin oleh modin setempat.

Tarian sufi memberikan warna khusus pada malam tirakatan tersebut. Dua penari sufi menari dengan berputar-putar mengikuti irama musik shalawat. Tarian tersebut berlangsung selama sekitar delapan menit.

Puncak malam tirakatan pada Selasa adalah Misa yang dimulai pukul 21.00. Misa dipimpin oleh para imam dari Purwokerto yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Purwokerto, Romo Sulpicius Parjono Pr. Sekitar 100 umat Katolik dari Purwokerto dan sekitarnya mengikuti misa yang diadakan di pelataran patung Maria Mater Misericordiae.

Dalam kotbahnya, Direktur RSM, Romo FX Handy Kristian Pr, mengungkapkan bahwa terdapat tujuh tingkatan menuju patung Maria yang menjadi ikon RSM. "Angka tujuh melambangkan sapta duka Bunda Maria," ujar Romo Handy. Ia menjelaskan bahwa dalam hidupnya, Bunda Maria harus melewati dan menanggung tujuh duka sebagai ibu Yesus.

Selain itu, patung Maria Mater Misericordiae, atau Maria Bunda Berbelas Kasih, memiliki tinggi tujuh meter. Angka tujuh, atau dalam bahasa Jawa disebut pitu, memiliki makna pitulungan atau pertolongan. Bunda Maria akan selalu memberikan pertolongan kepada mereka yang memintanya.

Tarian Jawa berjudul Sekar Puri menjadi pembuka puncak acara pada hari Rabu. Uskup Purwokerto, Mgr Christophorus Tri Harsono, setelah doa berkat, menyemprotkan air suci di sekitar altar sebagai simbol pemberkatan RSM secara keseluruhan.

"Orang yang datang ke sini pasti akan menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka akan meneladani sikap kerendahan hati Bunda Maria," kata Uskup asal Bogor tersebut.

Dalam acara pemberkatan, Uskup juga memukul gong yang disaksikan oleh para imam, tamu undangan, termasuk Ketua DPRD Kabupaten Banyumas, Laurentius Budhi Setiawan.

Sementara Romo Handy Kristian menyatakan kenduri dan tarian sufi adalah tanda yang menegaskan bahwa RSM berada di tengah dan bekerja sama dengan masyarakat Muslim. 

“Tarian Jawa adalah pertanda bahwa kita sebagai umat Katolik di sini berada di tengah konteks budaya lokal, khususnya Jawa,”tandasnya.

 

 

Editor : EldeJoyosemito

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network