PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Bupati Banyumas Achmad Husein berbagi pengalaman pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas kepada Dinas Lingkungan Hidup se-Kabupaten Kota Jawa Tengah pada Kamis (24/7) kemarin di Hotel Aston Purwokerto.
Kepala Pusat Kebijakan Strategis Setjen KLHK Herman Hermawan mengaku menjadikan Bupati Banyumas Achmad Husein menjadi narasumber dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) model pengembangan pengelolaan sampah di tingkat implementasi karena keberhasilannya sudah digaungkan ditingkat nasional.
“Dan kabarnya sudah lebih dari 150 kabupaten kota yang melakukan study banding ke Banyumas,” kata Herman dalam keterangannya, Jumat (25/8/2023).
Dalam kesempatan tersebut Husein membagi pengalamannya dengan menceritakan awal mula terjadinya krisis sampah di Kabupaten Banyumas tahun 2018 silam. Di mana ketika itu terjadi penolakan warga terkait tempat pembuangan akhir (TPA) Kaliori di Kecamatan Kalibagor.
“Waktu itu merupakan masa akhir periode pertama sebagai Bupati. Dan berlanjut pada saat saya sudah cuti kampanye. Meski posisi tengah cuti kampanye, saya tetap mendatangi warga untuk mencari solusi,” ucap Husein.
Ia mengaku mulai belajar ke kabupaten-kabupetan lain hingga di salah satu Kabupaten di Jawa Timur ia menemukan adanya pemilihan sampah yang pada akhirnya ia adopsi dan kembangkan di Kabupaten Banyumas.
“Pemkab juga mempercepat pembuatan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) dan hanggar serta melengkapinya dengan beberapa peralatan pendukung di TPST. Selain itu juga dibentuk kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang mengelola sampah di Pusat Daur Ulang (PDU),” ucapnya.
Bukan hanya itu, Husein juga berbagi pengalaman ketika dirinya mulai membuat mesin pemilah sampah tersebut. Bahkan ia sampai meminta bantuan kepada temannya di Bekasi dengan uang pribadinya.
“Dengan terpisahnya sampah tersebut, maka sampah organik selesai. Sebab, sampah organik dapat langsung menjadi pakan maggot. Sehingga saat ini di TPST atau PDU, sebagian besar pasti membudidayakan magot. Sebab, dengan adanya maggot, maka persoalan sampah organik selesai. Selain itu juga menjadi bahan pembuatan pupuk,” ujarnya.
Menurutnya, pengelolaan sampah di Banyumas didasari oleh inovasi berupa "Sumpah Beruang" (Sulap Sampah Berubah Uang).
“Kita sekarang juga jualan RDF (Refuse Derived Fuel atau bahan bakar alternatif dari limbah sebagai pengganti batubara dan ada produksi pembuatan paving, genting dan barubata dari limbah,” pungkasnya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait