Hanya karena Bawa Plakat Gambar Kelapa, Aktivis Inggris Pro-Palestina Diadili 

Syarifudin
Aktivis perdamaian Marieha Hussain didakwa atas kejahatan kebencian setelah ia membawa plakat satir yang menggambarkan Rishi Sunak, dan Suella Braverman. Foto: Foto: Kepolisian Metropolitan

LONDON, iNewsPurwokerto.id - Aktivis perdamaian Marieha Hussain didakwa atas kejahatan kebencian setelah ia membawa plakat satir yang menggambarkan Perdana Menteri Inggris saat itu, Rishi Sunak, dan Menteri Dalam Negeri, Suella Braverman, sebagai kelapa.

Hussain kemudian dinyatakan tidak bersalah. Guru berusia 37 tahun ini membantah tuduhan tersebut di pengadilan pada Jumat (13/9/2024), dengan argumen bahwa plakat yang dibawanya selama protes pro-Palestina pada November lalu bersifat satir dan lucu, bukan rasis.

Jaksa Penuntut, Jonathan Bryan, berpendapat bahwa plakat tersebut menggambarkan seseorang dengan kulit cokelat di luar, tetapi berkulit putih di dalam.

"Dengan kata lain, Anda adalah pengkhianat ras, Anda tidak berkulit cokelat atau hitam seperti yang seharusnya," katanya.

Tim pembela Hussain menggambarkan keputusan untuk mengajukan kasus ini ke pengadilan sebagai serangan yang mengancam hak atas kebebasan berekspresi dan protes damai.

Pengacara Hussain, Rajiv Menon KC, mengatakan, “Marieha Hussain, dari semua orang, dituntut atas pelanggaran rasial, sementara orang-orang seperti Suella Braverman, Nigel Farage, Stephen Yaxley-Lennon alias Tommy Robinson, dan Frank Hester tampaknya bebas membuat pernyataan yang menghasut dan memecah belah… saya khawatir hal ini tidak bisa dipahami oleh banyak orang.”

Braverman sebelumnya menyebut protes pro-Palestina sebagai “pawai kebencian” dan rekan-rekan Tory-nya telah memperingatkan bahwa komentarnya mengenai kapal migran dan geng-geng “membuat kaum rasis semakin berani.”

Setelah persidangan selama dua hari, hakim memutuskan bahwa plakat tersebut adalah bagian dari genre satir politik.

Menanggapi keputusan tersebut, Cage International mengatakan, “Cobaan berat Marieha menyoroti metode jahat yang digunakan negara Inggris untuk membungkam dan mengintimidasi kebebasan berbicara warganya sendiri, demi melindungi perang genosida negara asing. Marieha mengalami pelecehan selama berbulan-bulan, termasuk wawancara polisi yang kasar, kunjungan polisi larut malam, dan kampanye hitam di media yang menyebabkan dia kehilangan pekerjaannya dan harus memindahkan keluarganya untuk sementara demi keselamatan.”

“Meskipun ini merupakan hasil yang positif, kasus Marieha tetap menjadi pengingat nyata akan ketidakadilan yang terus terjadi terhadap banyak orang yang menentang keterlibatan Inggris dalam genosida di Gaza,” tegas Cage International.

Israel telah membunuh 41.118 warga Palestina di Gaza, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak. Inggris menjadi salah satu pemasok senjata Israel yang digunakan untuk membantai warga Palestina di Gaza.
 

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network