JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, menyoroti bahaya tersembunyi dari penggunaan gawai secara berlebihan pada anak-anak usia dini. Dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Fasilitator PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) Tahap 2, Rabu (4/6) lalu, Fajar menegaskan pentingnya peran fasilitator PAUD sebagai garda terdepan dalam memberikan pendampingan yang menyeluruh di masa tumbuh kembang anak.
Fajar menyampaikan bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi tantangan serius berupa ‘tsunami digital’, yang menyasar anak-anak sejak usia balita. Kebiasaan menggunakan gawai, menurutnya, telah membentuk pola asuh dan interaksi yang berbeda dari sebelumnya, baik di lingkungan keluarga maupun pendidikan.
“Kita sedang menghadapi tantangan besar, yakni tsunami digital yang menyerang anak-anak kita sejak usia dini. Pola asuh dan interaksi anak dengan orang tua maupun guru telah banyak dipengaruhi oleh media sosial dan penggunaan gawai. Ini berisiko menimbulkan gejala brain rot, yaitu menurunnya stimulasi intelektual, emosional, dan sosial akibat paparan digital yang berlebihan,” ungkapnya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/6/2025).
Data yang dipaparkan menunjukkan bahwa sekitar 33,4% anak usia 0–6 tahun sudah terbiasa menggunakan perangkat digital. Angka tersebut mencakup 25% anak usia 0–4 tahun, sementara di kelompok usia 5–6 tahun, persentasenya melonjak hingga 52%. Kondisi ini, menurut Fajar, menjadi peringatan serius akan perlunya pembatasan penggunaan gawai di usia dini.
Fajar juga menekankan bahwa pendidikan untuk anak usia dini sebaiknya fokus pada metode belajar yang melibatkan interaksi langsung, seperti membaca buku fisik, bermain bersama teman sebaya, atau aktivitas kreatif lainnya. Pendekatan ini dinilai jauh lebih efektif dalam merangsang kecerdasan emosional dan sosial anak dibandingkan dengan paparan layar digital.
“Dengan pendampingan aktif dan konsisten, serta kolaborasi lintas sektor, kita berharap dapat mencetak generasi emas Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter,” tegas Fajar.
Ia pun mengajak para fasilitator untuk menjadi motor penggerak dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pengasuhan yang seimbang di era digital. PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) dinilai sebagai pendekatan yang tepat untuk menciptakan lingkungan tumbuh kembang anak yang ideal.
Senada dengan Fajar, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Nia Nurhasanah, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Direktorat PAUD dalam meningkatkan kualitas pendampingan fasilitator kepada lembaga PAUD di berbagai daerah.
“Kami berharap setelah pelatihan ini, peserta dapat segera menyusun dan mengimplementasikan di daerah masing-masing, yang akan kami monitoring secara berkala,” ujar Nia.
Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 134 peserta dari 9 provinsi dan 25 kabupaten/kota. Setiap kabupaten/kota mengirimkan perwakilan dari kepala bidang atau kepala seksi PAUD. Seluruh peserta mengikuti pelatihan selama tiga hari secara penuh, menunjukkan komitmen yang tinggi dalam meningkatkan kapasitas fasilitator PAUD HI.
Editor : Aryo Arbi
Artikel Terkait