CILACAP, iNewsPurwokerto.id-Di salah satu kampung di Kabupaten Cilacap, tepatnya di Desa Mernek, Kecamatan Maos, terhampar sawah yang hijau subur. Bukan hanya padi yang tumbuh di sawah, tetapi harapan pun mengembang, seiring hadirnya inovasi yang menyatukan semangat gotong royong dan teknologi mutakhir.
Desa yang dahulu menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan hasil panennya kini menjelma menjadi pionir dalam penguatan ketahanan pangan berbasis teknologi.
Bersama PT Pertamina Patra Niaga melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), Pemerintah Desa Mernek memiliki dua inovasi utama: Pinky Rudal, sebuah alat pengering padi bertenaga hibrida dan irigasi pintar berbasis Internet of Things (IoT) yang dikembangkan oleh startup Adosistering.
Bayangkan menjadi petani yang setiap kali musim hujan datang, harus menunda pengeringan gabah hingga berminggu-minggu. Tidak hanya membuat proses panen terhambat, tapi juga menurunkan mutu dan harga jual padi. Begitulah kisah lama para petani Mernek sebelum tahun 2022.
“Sebelum ada alat ini, kami benar-benar bergantung pada panas matahari. Kadang bisa sampai seminggu lebih kalau hujan terus,” kenang Suyitno, seorang petani di desa itu.
“Sekarang, dengan Pinky Rudal, semua jadi lebih cepat dan efisien. Orderan untuk pakai alat ini bahkan sampai antre.”
Pinky Rudal—singkatan dari Pengering Padi Siasat Perubahan Iklim untuk Ketahanan Pangan Lokal—merupakan salah satu program unggulan dari inisiatif Desa Energi Berdikari Pertamina.
Menggabungkan energi dari panel surya dan LPG Bright Gas, alat ini tak hanya ramah lingkungan tetapi juga menjawab tantangan iklim yang makin tidak menentu.
“Petani tak lagi dibatasi oleh cuaca untuk mengeringkan hasil panen mereka. Dengan waktu pengeringan yang jauh lebih singkat dan kualitas gabah yang tetap terjaga, keuntungan petani meningkat,"ujar Taufiq Kurniawan, Area Manager Communication, Relation, & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah.
Taufiq menjelaskan bahwa selain menyediakan alat, Pertamina juga memberikan pelatihan dan pendampingan teknis kepada para petani yang tergabung dalam Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Pertanian (Kawista). Semua dilakukan demi memastikan teknologi ini tidak sekadar menjadi barang pajangan, melainkan solusi berkelanjutan.
Tidak hanya satu inovasi, Desa Mernek kembali melangkah ke depan. Kali ini melalui kolaborasi dengan Adosistering, startup karya mahasiswa Telkom University yang menjadi bagian dari program Pertamuda—inkubator muda berbakat besutan Pertamina.
Adosistering memperkenalkan sistem irigasi pintar berbasis IoT yang mampu menakar kebutuhan air dan pupuk secara presisi. Hasilnya mengejutkan: penghematan air hingga 50 persen dan pengurangan penggunaan pupuk sampai 20 persen. Ini bukan sekadar angka—ini adalah nafas baru bagi pertanian berkelanjutan.
“Teknologi kami sebelumnya sudah diterapkan di Desa Kedungbenda dan terbukti mampu meningkatkan produksi hingga 30 persen. Kami ingin membawa manfaat serupa ke Mernek, dan sejauh ini sambutannya luar biasa positif," ungkap Dewi, pendiri Adosistering.
Para petani kini tak lagi bekerja semata mengandalkan insting dan pengalaman. Mereka juga dibekali data real-time dan sistem otomatis yang memberi informasi kapan tanaman perlu disiram dan seberapa banyak pupuk dibutuhkan.
Inovasi yang terjadi di Mernek bukan hanya bicara soal alat, tetapi juga tentang perubahan cara pandang. Teknologi bukan sesuatu yang jauh dan mahal. Ia bisa membumi, berpijak pada kebutuhan nyata petani, dan dikerjakan dengan semangat kolaborasi.
Wakil Bupati Cilacap, Ammy Amalia Fatma Surya, tak bisa menyembunyikan kekagumannya. “Saya sangat mengapresiasi inovasi teknologi tepat guna yang sudah diterapkan di masyarakat. Ini menjadi contoh luar biasa bagi daerah-daerah lain.”
Lebih dari sekadar proyek CSR atau program uji coba, yang terjadi di Desa Mernek adalah transformasi.
Dari ketergantungan pada cuaca menuju kendali atas proses panen. Dari cara lama menuju pertanian cerdas. Dan semua itu bermula dari keberanian untuk mencoba hal baru.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait