Mengenal Sosok Dua Pelopor Pendiri Boedi Oetomo Asal Banyumas di Hari Kebangkitan Nasional

Masruri
Angka Prodiosoedirdio (kiri) dan RM Goembrek. (Foto: kemdikbud.go.id)

PURWOKERTO, iNews.id - Banyumas memiliki andil dalam sejarah awal pergerakan pemuda dalam Mencapai kemerdekaan Indonesia. Dimana ada dua tokohnya, Angka Prodiosoedirdio dan RM Goembrek yang menjadi pelopor berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. 

Saat ini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sedangkan di Banyumas, dua nama tersebut saat ini diabadikan sebagai nama jalan di Kota Purwokerto. Masyarakat lebih mengenalnya Jalan Dr Angka dan Jalan Dr Gumbreg. Bagaimanakah sosok keduanya?

Angka Prodiosoedirdio
Dikutip dari kanal kemdikbud.go.id, Dr Angka merupakan anak dari seorang Camat di Madukara, Banjarnegara dan cucu dari Patih Banyumas. Lahir pada 13 Desember 1987, Dr Angka adalah seorang terpelajar yang mengenyam pendidikan di Holland Indische School (HIS), kemudian Hoogere Burger School (HBS), dan melanjutkan sekolah pendidikan dokter bumiputera di STOVIA. 

Di STOVIA inilah, Dr Angka mulai ikut dalam kegiatan sosial politik hingga bertemu dengan Soetomo dengan mendirikan perkumpulan Boedi Oetomo. Ia bahkan dipercaya menjadi seorang bendahara.

Dr Angka menikah dengan RA. Soedijah, puteri bapak/ ibu R. Poerwosoedirdjo pegawai suikerfabriek (pabrik gula) Kalibagor, Banyumas, dan dikaruniai tujuh anak. 

Semasa hidupnya, ia pernah ditugaskan sebagai dokter pemerintah di berbagai tempat. Seperti Semarang, Sawahlunto (Sumatera), Bogor, Purbalingga, Brebes, Pemalang, Kendal, Banyumas, dan Purwokerto. Tahun 1935 ia menangani pemberantasan penyakit frambosia di Pemalang. Dan tahun 1954 penyakit malaria di Cilacap bersama Unicef, disertai dokter-dokter dari Rusia, Filipina, dan India.

Setelah pensiun, Dr. Angka beserta beberapa dokter di Purwokerto mendirikan sebuah apotek bernama Dwiwama pada Oktober 1949 di paviliun rumah kediamannya di J1. Jend Gatot Subroto 36 Purwokerto. 

Apotek Sang Dwiwama ini adalah apotek pertama di Purwokerto yang berdiri setelah Proklamasi Kemerdekaan RI. 

Dr Angka pernah diminta pemerintah untuk menandatangani surat pernyataan pengakuan sebagai perintis kemerdekaan untuk mendapatkan tunjangan, tetapi ditolaknya.

Baginya, jasa-jasanya merupakan kewajiban dan tanggung jawab kepada pemerintah beserta rakyat Indonesia tanpa mengharapkan imbalan.

Pada tahun 1967 Dr. Angka menyempatkan diri memberikan kesaksian hidup tentang pendirian Boedi Oetomo 1908. Dengan membuat surat tertulis. Menjawab surat dari Prof Sardjito yang mengatakan bahwa Boedi Oetomo didirikan oleh pelajar-pelajar STOVIA sesuai kejadian yang beliau saksikan pada tanggal20 Mei 1908. 

Dr Angka meninggal dunia di Purwokerto pada tahun 1975 dalam usia 88 tahun, dan dimakamkan di Pesarean Keluarga Kebutuh Sokaraja, di samping makam isterinya yang meninggal 24 November 1968 dalam usia 75 tahun.

RM Goembrek
Meski tidak sepopuler Dr Angka, satu pemuda asal Banyumas, RM Goembrek juga memiliki andil dalam mendirikan Boedi Oetomo.

Ia lebih dikenal karena mengabdikan diri sebagai dokter RSUD Banyumas, Jawa Tengah. Dikenal sebagai sosok dokter senior yang rendah hati dan tanpa pamrih, serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi. 

Berdasarkan tulisan seorang dokter di Banyumas, dr Sudarmadji diketahui RM Goembrek adalah putra ke- 7 dari delapan bersaudara dari pasangan RM Padmokoesoemo, Wedana Kebumen dengan RA Padmokoesoemo. 

RM Goembrek dilahirkan pada permulaan wuku gumbreg 28 Juni 1885. Namun dalam matrikulasi STOVIA, kelahirannya tertulis 21 Juni 1886. 

Masa kecil Goembrek, ketika bayi hingga menjelang sekolah dihabiskan di Kebumen. Ayahnya RM Padmokoeseomo diangkat sebagai wedana Kebumen 1886-1897. Saat itu, sekolah dasar Belanda ELS (Eropeeshe Lagere School) hanya terdapat di ibu kota karesidenan, Purworejo.

Ketika Goembrek memasuki STOVIA, ia mengalami gejolak akan sikap nasionalis. Terutama ketika intens dan bergabung dengan kelompok Soetomo dan ikut berdiskusi masalah kebangsaan. 

Ketika organisasi modem pertama Boedi Oetomo diserukan pada tanggal 20 Mei 1908, Goembrek termasuk sebagai pendiri Boedi Oetomo dan duduk dalam kepengurusan sebagai komisaris. 

Dengan latar belakang yang kental dari keluarga besar keturunan bupati, Goembrek berperan penting dalam melakukan pendekatan dengan bupati-bupati yang sejalan dengan perjuangan untuk mendukung Boedi Oetomo.

Kecintaannya pada dunia kesehatan terlihat dari rekam jejaknya yang konsisten. Ia pernah menjadi dokter bumiputra, kemudian bertugas di Wonosobo sebagai dokter BGD merangkap dokter pemerintah yang diperbantukan pada rumah sakit Zending van Gereformeerde Kerkek. Tahun 1925-1926, ia ditugaskan di Semarang. Setelah itu di Kendal, tahun 1926-1941, hingga pensiun dan kembali ke daerah Banyumas. 

Ia sempat juga memimpin Poliklinik RSU Banyumas dan jadi dokter pengawas LP Banyumas. Hingga sampai menjelang akhir hayatnya tahun 1967 pun masih secara sukarela bekerja di RSU Banyumas.

Dokter Goembrek wafat 19 Januari 1968 pada usia 82 tahun, di rumahnya Jl Pangeranan Banyumas, dan tidak meninggalkan keturunan. Dimakamkan di samping makam istrinya, yang lebih dulu wafat pada saat dr Goembrek berusia 69 tahun, di Pesarean Dawuhan Banyumas, di pemakaman keluarga besar trah bupati.

Editor : Masruri

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network