Cerita Sopiah, Berkah Penjual Dawet Ayu di Balik Lebaran di Masa Corona

Agustinus Yoga Primantoro
Sopiah juga menceritakan perjuangannya berjualan dawet demi membiayai anak semata wayangnya. (Foto: Agustinus Yoga Primantoro)

BANYUMAS, iNews.id - Dua tahun lalu, lebaran harus dilalui tanpa adanya mudik. Pasalnya, kala itu Covid-19 masih menjadi ancaman sehingga pemerintah memberlakukan larangan untuk mudik lebaran. Setelah melewati masa itu, akhirnya, momen lebaran menjadi lengkap dengan terbitnya aturan pemerintah yang memperbolehkan masyarakat pulang kampung.

Di tengah kabar bahagia tersebut, tampak sedikit raut pasrah di wajah Sopiah (52), seorang pedagang Dawet Ayu di Jalan Nasional III, Margasana, Kecamatan Jatilawang, Banyumas. Pasalnya, berdasarkan pengalaman wanita paruh baya tersebut, ia merasa bahwa pendapatannya lebih konsisten saat menjelang lebaran dua tahun ke belakang. 

"Jane nek dipikir-pikir niki kan akeh sing labas nggih. Malah pas enten corona pada mampir mas, sewulan malah mas. Nek niki kan kalih minggu, malah mangke langsung sepi. (sebenarnya kalo dipikir-pikir, ini malah banyak yang cuma lewat saja. Malah pas masa corona itu banyak yang pada mampir, selama sebulan. Kalo tahun ini kan hanya dua minggu, malah nanti langsung sepi)," katanya pada iNewsPurwokerto.id, Jumat (29/4/2022).

Sopiah juga menceritakan bahwa di masa corona itu, banyak pedagang dawet yang tidak berjualan. Meskipun demikian, dirinya tetap berjualan dan setiap hari selalu ada pembeli yang singgah di warungnya. Bahkan, pendapatan bersih yang ia peroleh dalam satu harinya sejak H-7 bisa mencapai lebih dari Rp 300.000. Sedangkan, pada tahun ini, para pembeli mulai ramai pada H-3 lebaran.

"Kulo corona sadean terus, rencange tah boten. Ning katah niku sing mampir, sanjange liwat jalan tikus (Saya selama masa corona berjualan terus, temen-temen yang lain tidak. Tapi, banyak itu yang mampir, bilangnya pada lewat jalan tikus)," jelas wanita yang sudah berjualan dawet sejak tahun 2000.

Sopiah juga menceritakan perjuangannya berjualan dawet demi membiayai anak semata wayangnya.

"Alhamdulillah, mas. Kulo saged nyekolahke anak kulo, putri, saking TK, SD, SMP, SMA. Sak niki mpun kerja teng Kamboja (Saya dapat menyekolahkan anak perempuan saya, dari TK, SD, SMP, SMA. Sekarang udah kerja dia di Kamboja)," kenang wanita yang telah berjuang sendiri usai sepeninggalan suaminya.

Hampir di sepanjang jalan Nasional III, Margasana, Jatilawang tersebut memang banyak terdapat pedagang dawet ayu. Sopiah sendiri mematok harga Rp 5.000 dan di sana terdapat dua varian dawet, yakni Dawet Ayu biasa dan Dawet Ireng (Hitam). Dawet Ireng inilah yang menjadi primadona para pembeli kala singgah di pinggir jalan.

 

 

Editor : Arbi Anugrah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network