Bioskop Purwokerto Viral, Pertahankan Poster Lukis di Film Doctor Strange

Arbi Anugrah
Bisa dibilang, bioskop Rajawali Cinema di Purwokerto ini satu-satunya di Indonesia yang masih mempertahankan lukisan poster pada jadwal tayangan film yang terpampang didepan bioskop (Foto: Arbi Anugrah)

PURWOKERTO, iNews.id - Tak dipungkiri jika bioskop saat ini tengah ramai-ramainya dikunjungi setelah muncul film baru, salah satunya film Doctor Strange. Namun ada yang berbeda dari bioskop di Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas dari bioskop lain pada umumnya.

Meskipun bioskop di Nusantara dibanjiri film baru seperti Doctor Strange in the Multiverse of Madness yang baru saja tayang semenjak tanggal 5 Mei. Dengan berbagai poster menarik hasil cetakan alat, tapi bioskop Rajawali Cinema yang berada di jalan S Parman Kelurahan Purwokerto Kulon, Kecamatan Purwokerto Selatan ini tetap mempertahankan poster film hanya dengan lukisan tangan.

Bahkan, di Twitter sempat trending beberapa waktu lalu saat netizen membagikan cuitan mereka tentang bioskop di Purwokerto ini.

Bisa dibilang, bioskop Rajawali Cinema di Purwokerto ini satu-satunya di Indonesia yang masih mempertahankan lukisan poster pada jadwal tayangan film yang terpampang didepan bioskop untuk menarik penonton.

Sosok pelukis poster film tersebut adalah Parsan (56) seorang karyawan bioskop Rajawali Cinema yang telah bekerja sejak 1987.

Disudut belakang bangunan tempat pengecekan kendaraan yang akan masuk untuk parkir di Bioskop Rajawali Cinema, Parsan biasa meluangkan waktunya sesekali untuk melukis poster film yang akan tayang esok di bioskop Rajawali. Tangannya sangat lihai meliukkan kuas cat membentuk gambar film yang akan ditayangkan. 

"Awal awal melukis itu dulu saya masuk kerja di Rajawali tahun 1987, dulu kerjanya masih serabutan, pegang sana pegang sini. Waktu itu masih ada tukang gambarnya, kalau tidak salah sakit atau kenapa terus libur, akhirnya saya yang gambar untuk dibelakang mobil publikasi waktu itu, katanya lumayan bagus. Dulu hanya pakai tulisan saja, jadi akhirnya disuruh gambar sedikit sedikit, cuma kurang mirip sama gambar filmnya, akhirnya dimirip miripin sedikit. Tapi akhirnya bisa, dan adanya seperti itu sampai sekarang," kata Parsan kepada iNews Purwokerto beberapa waktu lalu.

Hanya bermodalkan kertas print gambar film yang akan ditayangkan, Parsan sudah dapat menggambarkan warna apa saja yang akan dilukiskan dalam sebuah papan tripleks berukuran kurang lebih 122 X 244 centimeter. Pandangannya sangat fokus ketika tengah menggambar, meskipun sesekali Parsan kembali ke pintu masuk untuk memberikan tiket kendaraan yang akan parkir.

Perkerjaan melukis poster film itu dia lakukan hanya sambilan menjaga pintu masuk parkir kendaraan, ketika sepi kendaraan, dirinya mulai ke belakang ruangan tersebut untuk melanjutkan menggambar hingga selesai. Setidaknya hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam, tergantung ramai tidaknya kendaraan yang memasuki Bioskop Rajawali Cinema.

"Melukis ini kan hanya untuk sambilan saja, yang utama di parkir, ada waktu satu jam, dua jam disini menggambar. Ada 10 menit sampai 1 jam kebelakang (menggambar). Cuma bantu saja," ungkap bapak lima anak ini.

Bermodalkan cat tembok murah berwarna putih, cat tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa bagian dan diberikan pigmen dengan warna dasar, merah, kuning, hijau dan hitam. Cat tersebut dapat digunakan untuk melukis poster film hingga 5 bulan. 

Termasuk tripleks yang digunakan sebagai media gambar lukisan poster film, dapat digunakan hingga berulang-ulang. Ketika sudah mulai rusak, tripleks tersebut baru diganti dengan yang baru.

"Pengecatan ulang dengan warna dasar hitam dilakukan usai film yang tayang selesai, Parsan mulai menutup gambar film tersebut dan melukis kembali dengan lukisan film baru yang akan tayang keesokan harinya," ujarnya.

"Ini cat tembok biasa yang murahan, paling hanya Rp 60-70 ribu satu kaleng, bisa dipakai sampai 4 - 5 bulan, sampai bosan, kadang sampai kering. Biar awet dikasih pigmen, pewarna. Jadi beli cat putih, saya tuang lalu saya kasih pewarna pigmen merah, hijau, kuning dan hitam, untuk kebutuhannya ya cuma saya oplos saja di campur campur.

Dan tripleks nya saya timpa dengan warna hitam terus ketika sudah selesai. Dipakai bolak balik sampai kadang tebal catnya, kalau sudah hancur ganti tripleks baru. Kalau tripeks sudah rusak tidak dipakai," tambahnya.

Bioskop Rajawali merupakan satu-satunya bioskop di Kota Purwokerto yang bertahan hingga saat ini sejak mulai beroperasi di tahun 1980, dan menjadi bagian dari jaringan bioskop 21 Cinema. Saat ini di Purwokerto terdapat dua bioskop, diantaranya Rajawali Cinema dan CGV yang beroperasi beberapa tahun terakhir.

Sementara menurut Humas Rajawali Cinema, Eny Kuswati (47) mengatakan jika kenapa pihaknya tetap mempertahankan lukisan poster dalam tampilan film yang akan tayang semata-mata untuk mempertahankan tradisi. Dimana bioskop Rajawali Cinema yang sudah ada sejak 1980 merupakan satu-satunya bioskop di kota Purwokerto yang bertahan, setelah beberapa bioskop lain gulung tikar sejak 1998.

"Mungkin sebenarnya bukan alasan (menggunakan poster lukis), tapi karena kita itu mempertahankan tadisi itu. Kita mempertahankannya karena mungkin lebih bersifat ekonomis dan efisien. Memang kalau misalkan menggunakan benner seperti yang dilain tempat itu bagus, tapi tidak bertahan lama. Artinya kalau kita mau bikin mendadak kita pakai praktisnya pakai papan," jelasnya.

Dia juga tidak menampik jika bioskop Rajawali yang saat ini telah menjadi jaringan 21 Cinema ini semakin viral dengan poster lukisan film yang ditayangkan di bioskop. 

"Mungkin semakin kesini, memang sebelum ini yang viral banget sekarang-sekarang ini, jadi (lukisan poster film) memang jadi kebanggaan, Rajawali punya icon dan tradisi sendiri yang beda dari yang lain," ujarnya.

Meski poster film yang akan tayang dilukis menggunakan tangan, namun Rajawali Cinema juga tidak ketinggalan jaman di era digital seperti saat ini. Sebagai media promosi, pihaknya juga tetap mengikuti arus jaman dengan menggunakan media sosial sebagai media promosi dan meninggalkan mobil publikasi yang dulu sering digunakan.

"Memang semakin kesini era digitalnya lebih maju, mereka lebih melihat ke handphone. Jadi sekarang kita lebih mempromosikan filmnya di instagram, di facebook karena sudah lebih efektif, dan untuk mobil publikasinya sekarang sudah kurang efektif jadi kita hentikan," tutupnya.

 

 

 

 

 

Editor : Arbi Anugrah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network