JAKARTA, iNews.id - Siapa yang menyangka kisah kehidupan Firmansyah berubah usai bencana tsunami Aceh tahun 2004 silam. Kisah nyata Firmansyah menghadapi salah satu bencana alam terbesar di Indonesia membuatnya tidak menyerah dan berhasil membangun sebuah bisnis beromzet Rp20 miliar per bulan bersama rekannya, Khadafi.
Firman, sapaan pemuda yang berasal dari Aceh ini merupakan salah satu korban tsunami hebat pada 2004 silam. Perjalanan dan kisah hidupnya hingga ia berhasil membangun PT Amanah Karya Indonesia diceritakan dalam akun YouTube Pecah Telur.
"Kejadiannya waktu saya kelas 1 SMA, dan masih umur segitu belum tahu kenapa orang-orang teriak, 'air surut, air surut'. Kenapa orang-orang pada berlarian, itu ketika gempa yang sangat kencang sampai akuarium airnya (di rumah) tinggal setengah," kata dia, dikutip dari YouTube Pecah Telur, Selasa (17/5/2022).
Firman merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara. Ayahnya tinggal di Meulaboh dan 2 kakaknya berada di Jakarta dan Batam. Ketika tsunami menghantam Aceh, Firman terpisah dari keluarganya.
Kala itu, dia sempat pasrah karena sudah terbawa gelombang air yang dahsyat dan merasa sekarat. Namun keajaiban datang, Firman selamat dengan dibantu seorang tunarungu yang berlindung di atap rumah warga.
"Ketika tenggelam, saya baca surah-surah Alquran pendek yang saya hafal. Anehnya, saya merasa enggak kesulitan bernapas di dalam air ketika tenggelam. Dan ketika saya terbawa ombak, saya minta tolong ke orang di atas atap rumah, dia tuli, tapi setelah saya panggil dia seperti mendengar dan membantu saya naik," tuturnya.
Setelah selamat, kakaknya yang di Jakarta dan Batam menjemput dan merawatnya. Singkat cerita, setelah kondisi membaik, Firman melanjutkan sekolah dan bekerja sebagai staf IT di salah satu bank syariah terkemuka di Indonesia.
Saat itu, Khadafi yang juga bekerja sebagai staf IT di suatu perusahaan berniat mendirikan perusahaan software consultant. Khadafi pun mengajak Firman sebagai partnernya dan mereka memulai bisnis tersebut dari nol dengan modal Rp5 juta.
"Ketika Khadafi fokus di Amanah, saya masih bekerja. Jadi saya main 2 kaki. Akhirnya konsentrasi saya buyar dan saya memutuskan untuk resign meskipun grade saya diusulkan naik, meskipun banyak dipertanyakan," ujarnya.
Proyek terbesar mereka saat merintis startup adalah ketika meng-handle permintaan klien dari travel agent dengan nilai sebesar Rp250 juta. Klien Amanah juga tidak berasal dari tender, namun kebanyakan dari mulut ke mulut.
"Kami tidak menerima permintaan produk yang diharamkan Islam, lalu mengikuti tender yang berbau-bau suap. Kami enggak menerapkan prinsip yang menyalahkan agama. Transaksi dan deposit nasabah itu juga enggak diapa-apakan, menjaga agar tetap amanah," kata Firman.
Selain proyek dari klien, Amanah juga memiliki layanan Bisatopup, yaitu platform yang menyediakan pembelian pulsa online, token PLN, tagihan online, voucher game dengan harga yang lebih terjangkau dari harga pasar.
"Saat ini, Bisatopup sudah memiliki 600.000 transaksi per bulan, dan omzetnya Rp20 miliar per bulan, dengan jumlah member 200.000 lebih. Kami tidak bekerja dengan investor, dan tidak mengambil investor karena kita ingin fokus menjadi perusahaan muslim," ucap Khadafi.
Firman mengatakan, keputusannya dan Khadafi mengembangkan Amanah tidak semata hanya mencari keuntungan, namun menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang.
"Bisnis itu tidak hanya memikirkan untung dan rugi, tapi harus memikirkan dunia dan akhirat," katanya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait