get app
inews
Aa Text
Read Next : Puput Novel Meninggal Akibat Kanker, Sempat 3 Hari Dirawat di Rumah Sakit

Sekali Isap Vape Ada 5 Racun Picu Hebat Penyakit Kanker

Senin, 12 Desember 2022 | 10:58 WIB
header img
Vape atau rokok elektrik sama bahayanya dengan rokok biasa, mendekatkan diri pada racun yang membunuh. Foto: Ist

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Vape atau rokok elektrik sama bahayanya dengan rokok biasa, mendekatkan diri pada racun yang membunuh.

Racun yang ditimbulkan salah satunya dalah memicu hebat pada penyakit kanker, terutama sekali bila memilih rasa buah pada produk vape.  

Dr Mark Rubinstein pemimpin penelitian yang juga seorang profesor pediatri di Universitas California, San Francisco mengatakan tes urine menunjukkan peningkatan kadar lima racun berbeda di tubuh remaja yang menggunakan rokok elektrik atau vape. 


"Dan semua racun diketahui atau diduga sebagai karsinogen,” kata dia melansir laman WebMD, Senin, 12 Desember 2022.

Sebagian besar remaja mengisap vape rasa buah mereka mengaku merasa aman dan atau lebih aman daripada merokok. 

“Berdasarkan hasil ini, jika remaja terus menggunakan produk ini selama bertahun-tahun, kami yakin ini bisa berbahaya,” papar dr Mark.

Racun akrolein, akrilamida, akrilonitril, crotonaldehida dan propilena oksida, semuanya termasuk dalam kelas bahan kimia yang dikenal sebagai senyawa organik volatil (VOC). 

Secara khusus, rokok elektrik rasa buah menghasilkan kadar akrilonitril yang jauh lebih tinggi secara signifikan. Itu menjadi perhatian karena rasa buah yang paling populer di kalangan remaja dan akrilonitril adalah karsinogen yang diketahui.

“Saat ini banyak rasa yang dipasarkan tampaknya jelas menargetkan remaja. Saya pikir sulit untuk membantah hal tersebut, senyawa organik volatil dilepaskan saat cairan rokok elektrik dipanaskan sampai pada titik ketika menjadi uap,” ucap dr Mark.

Cairan tersebut mengandung pelarut yang diberi aditif makanan tambahan, namun bila dipanaskan, aditif ini bisa membentuk senyawa kimia lainnya, termasuk VOC. VOC beracun juga hadir dalam tembakau-tembakau tradisional, dan dalam jumlah yang lebih banyak. Para peneliti di balik studi baru tersebut mengatakan bahwa “pengguna ganda”, termasuk remaja yang bergantian antara merokok dan menggunakan rokok elektrik memiliki tingkat racun lima kali lebih tinggi daripada racun yang dihasilkan dari menggunakan rokok elektrik saja.

Penasihat ilmiah senior untuk American Lung Association, Dr Norman Edelman menuturkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rokok elektronik tidak berbahaya karena beberapa orang mungkin berpikir menggunakan rokok elektrik lebih aman daripada merokok tembakau.

“Nah, memang benar jika mereka mengisap rokok yang mudah terbakar, mereka akan mendapatkan lebih banyak paparan zat berbahaya ini, tapi ini membuat cukup jelas bahwa rokok elektronik memang tidak aman,” ujar dr Norman.

Ia menambahkan bahwa semua rokok elektronik muncul memang untuk menciptakan VOC, bahkan yang tidak mengandung nikotin sekalipun. Akrilonitril dan akrilamida VOC ditemukan pada tingkat yang tinggi dalam urine remaja yang mengatakan bahwa mereka tidak menggunakan cairan nikotin pada rokok elektrik.

“Itu menarik dan mengejutkan kami. Meskipun sebagian besar remaja menggunakan produk yang mengandung nikotin, beberapa tidak melakukannya dan kami dapat menemukan racun ini bahkan di dalamnya,” kata dr Norman.

Ia juga mengatakan bahwa studi tersebut memperlihatkan asumsi yang salah karena rokok elektronik terlihat “lebih aman” daripada tembakau, mereka dapat berfungsi sebagai pengganti berhenti merokok sama sekali.

“Pendekatan yang paling aman adalah berhenti merokok. Dan untuk anak-anak pendekatan yang paling aman adalah pencegahan merokok. Yang saya khawatirkan bahwa semua pembicaraan tentang ‘lebih aman’ ini akan membuat kita melupakan pentingnya pencegahan merokok dan penghentian merokok,” imbuh dr Norman.

Ia juga melanjutkan bahwa Administrasi Makanan dan Obatobatan Amerika perlu meningkatkan regulasi rokok elektrik, terutama bila menyangkut penggunaan remaja dan produk buah-buahan yang tampaknya menargetkan remaja.

“Saya yakin perlu ada peraturan yang lebih besar untuk mencegah remaja menggunakan produk ini,” sebut dr Mark.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut