get app
inews
Aa Text
Read Next : UMP Siap Bersinergi Bangun Banten, Rektor Temui Gubernur Andra Soni

Kemendikdasmen Luncurkan Program PKK dan PKW untuk Anak Putus Sekolah SMK

Senin, 30 Juni 2025 | 18:12 WIB
header img
Kemendikdasmen Luncurkan Program PKK dan PKW untuk Anak Putus Sekolah SMK. Foto: Dok Kemendikdasmen

JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Dalam upaya memperluas akses pendidikan bagi anak putus sekolah (APS) jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi meluncurkan Gerakan 1.000 APS SMK Berdaya melalui Program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW), Senin (30/6/2025) di Jakarta.

Mengusung tema “Kembali Berdaya, Kembali Bermakna,” inisiatif ini menjadi bentuk nyata kolaborasi antara Kemendikdasmen, pemerintah daerah, dan lembaga kursus pelatihan (LKP) untuk membekali APS dengan keterampilan kerja dan wirausaha yang relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri (DUDI).

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menyatakan bahwa pendidikan berkualitas adalah hak setiap anak Indonesia, termasuk mereka yang terpaksa berhenti sekolah karena berbagai alasan.

“Langkah ini menjadi komitmen kami untuk mengaktifkan kembali pendidikan nonformal. Karena saat ini, yang dituntut adalah kompetensi keahlian, bukan semata-mata ijazah,” ujar Menteri Abdul Mu’ti dalam keterangannya, Senin.

“Program ini memberikan peluang lebih besar untuk anak putus sekolah dapat bersaing di dunia kerja maupun merintis usaha dan membuka lapangan pekerjaan,” lanjut Abdul Mu’ti.

Ia juga menekankan bahwa program ini merupakan strategi untuk mengurangi angka pengangguran dan menekan jumlah anak putus sekolah dari SMK. Mendikdasmen pun mengajak seluruh elemen masyarakat dan lembaga terkait untuk turut menyukseskan program ini.

“Program PKK dan PKW juga bentuk partisipasi semesta dalam memastikan bahwa pendidikan benar-benar hadir untuk semua dan setiap anak Indonesia memiliki ruang untuk kembali berdaya dan kembali bermakna,” imbuhnya.

Menurut Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, pihaknya menyambut baik program ini dan menyebutnya sebagai jawaban atas tantangan pengangguran di kalangan usia produktif.

“Gerakan ini menjawab tantangan pengangguran dan dapat menggerakkan ekonomi lokal. Kuncinya adalah revitalisasi dan keterkaitan nyata (link and match) antara program pelatihan dan kebutuhan industri,” ujar Hadrian.

Sedangkan menurut Dirjen Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Layanan Khusus Kemendikdasmen, Tatang Muttaqin, menjelaskan bahwa program ini memberikan pelatihan vokasional intensif selama 1–2 bulan yang langsung dapat diterapkan di dunia kerja maupun dalam menjalankan usaha mandiri.

“APS dari SMK ini akan mendapatkan pelatihan-pelatihan keterampilan vokasional yang relevan dengan kebutuhan DUDI secara intensif selama satu sampai dua bulan sebagai bekal mereka untuk terjun ke dunia usaha maupun dunia industri,” jelas Tatang.

Program ini akan dijalankan di 33 provinsi dengan menggandeng 245 LKP yang telah berpengalaman menyelenggarakan PKK dan PKW serta memiliki jaringan kerja sama dengan UMKM, lembaga permodalan, dan platform digital pemasaran.

“Selesai program, peserta PKK akan siap bekerja maksimal satu tahun setelah lulus karena telah dibekali sertifikasi kompetensi dan terhubung dengan mitra industri. Sedangkan peserta PKW akan mendapatkan pendampingan dan modal usaha untuk langsung membuka bisnis sendiri,” tambah Tatang.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Purwanto, menyampaikan bahwa angka APS masih tinggi di berbagai daerah, namun program seperti ini memberikan harapan baru.

“APS tetap menjadi tanggung jawab kita bersama. Program pelatihan harus mempertimbangkan potensi lokal agar para peserta mampu bekerja dan merintis usaha yang berkelanjutan,” ucapnya.

Sementara itu, pimpinan LKP Dwi Tunggal dari Subang, Jawa Barat, Sulaeha, mengatakan bahwa lembaganya akan melatih 14 APS dengan keterampilan tata busana, yang merupakan salah satu bidang keterampilan paling diminati.

“Sebagian besar peserta putus sekolah karena faktor ekonomi dan masalah sosial. Namun mereka sangat antusias mengikuti pelatihan ini,” tuturnya.

Salah satu peserta, Nabila Aditya, mengungkapkan harapannya untuk mengubah hidup melalui program ini. Setelah putus sekolah dari SMK Riyadhul Jannah, Subang, pada tahun 2023, Nabila terpaksa bekerja serabutan demi menghidupi nenek dan dua adiknya.

“Ini seperti melanjutkan mimpi saya. Dulu saya ambil jurusan Tata Busana, tapi tak pernah praktik karena kendala biaya. Dengan program ini, saya ingin bisa buka usaha jahit sendiri,” ungkap Nabila haru.

Editor : Arbi Anugrah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut