get app
inews
Aa Text
Read Next : Santri Ponpes di Kroya Ikut Khitanan dan Pemeriksaan Gratis Kolaborasi FK UMP dan RS Aghisna

Tradisi Jamasan Pusaka di Istana Tijani Nusantara Cilacap, Wujud Penghormatan kepada Leluhur

Senin, 21 Juli 2025 | 19:26 WIB
header img
Istana Tijani Nusantara di Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap kembali menggelar prosesi jamasan atau ritual pembersihan benda pusaka, Senin (21/7/2025). Foto: Ist

CILACAP, iNewsPurwokerto.id - Bertepatan dengan bulan Suro atau Muharram dalam penanggalan Jawa dan Hijriah, Istana Tijani Nusantara di Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap kembali menggelar prosesi jamasan atau ritual pembersihan benda pusaka, Senin (21/7/2025). Tradisi ini merupakan bentuk pelestarian warisan budaya sekaligus wujud penghormatan terhadap leluhur.

Ritual jamasan tahun ini melibatkan tiga orang penjamas yang bertugas membersihkan sejumlah pusaka peninggalan sejarah, seperti keris, tombak, dan bahkan kereta kencana. Seluruh pusaka tersebut telah berusia puluhan hingga ratusan tahun, sebagian bahkan berasal dari era Kerajaan Mataram.

Pemimpin Tarekat Tijaniyah di Cilacap, Awan Ukaya, menyampaikan bahwa tradisi jamasan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual dan budaya di Istana Tijani Nusantara.

"Itu adalah tradisi, Bentuk rasa terima kasih," ungkap Awan saat ditemui di lokasi.

Ia menuturkan bahwa keris-keris yang ada di Istana Tijani Nusantara bukan sekadar benda, melainkan simbol peradaban dan hasil karya para empu pada masa lalu. Beberapa di antaranya pernah dimiliki oleh bangsawan hingga raja.

"Dipakai oleh raja kemudian sampai ke tangan kita. Nah ini tuh kita hormati benda ini bukan kita menyembah bendanya. Tetapi menghormati leluhur yang sudah merawat atau yang sudah berjuang sampai (pusaka) sesaat ini," terangnya.

Menjaga Identitas Lewat Tradisi Leluhur

Awan menegaskan, pentingnya menjaga hubungan dengan leluhur melalui tradisi. Termasuk tradisi jamasan benda pusaka di Istana Tijani Nusantara. Dengan menjaga hubungan dengan leluhur ini, maka masyarakat atau kelompok akan mudah kehilangan identitas. Demikian juga dengan asal usul mereka dan kebesaran bangsa mereka. 

“Sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati leluhurnya. Karena ketika kita lupa dengan leluhur, maka kita akan dijajah baik secara budaya, spiritual, maupun intelektual,” ujarnya.

Ia juga menyoroti kesalahpahaman yang berkembang di masyarakat terhadap pakaian tradisional, seperti blangkon dan busana khas abdi dalem keraton. Banyak yang menyebutnya sebagai "baju dukun", padahal pakaian tersebut memiliki nilai filosofi tinggi.

“Padahal baju ini filosofinya luar biasa. Dari kepala blangkon itu simbol. Ada 17 pelepetan (lipatan) yang merepresentasikan 17 rakaat salat,” ungkap Awan.

Dalam kesempatan itu, Awan juga menyampaikan keprihatinannya terhadap makin minimnya minat generasi muda dalam melestarikan tradisi dan budaya lokal. Ia mengajak anak-anak muda untuk lebih peduli terhadap warisan leluhur.

“Banyak tradisi kita yang sekarang sudah hampir dilupakan oleh anak-anak muda. Ayo kita kembalikan lagi tradisi kita, tanpa membenci atau menyudutkan agama apa pun,” tegasnya.

Editor : Arbi Anugrah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut