get app
inews
Aa Read Next : Jadwal Registrasi Jalur SNBP Unsoed Mulai Jumat Hari Ini

Makan Murah Ala Anak Kos di Purwokerto: Cukup Rp4 Ribu Sudah Kenyang

Senin, 23 Mei 2022 | 20:11 WIB
header img
Purwokerto salah satu dari tujuh Kota dengan biaya hidup termurah di Indonesia. Segini makan murah ala anak kos di Purwokerto (Foto: Instagram@banyumaskeren)

PURWOKERTO, iNews.id - Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kehidupan anak kos, khususnya mahasiswa, erat dengan pola hidup sederhana dan hemat biaya. Pasalnya, dengan uang saku yang sering kali pas-pasan mengharuskan seorang mahasiswa perantau senantiasa menyesuaikan diri dengan gaya hidup di tanah perantauannya. 

Hal itu pun dialami oleh Benedictus Aryo Bimo (22), seorang mahasiswa asal Bekasi yang tengah berada di semester delapan, Fakultas Hukum, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Kabupaten Banyumas.

Pada iNewsPurwokerto.id, Bimo mengaku bahwa pengeluarannya untuk makan dalam sehari sekitar Rp30 ribu. Bimo juga menuturkan sejumlah warung-warung makan yang biasa ia sambangi.

"Aku kalau siang makan di ramesan Bu Sigit, di daerah Jatiwinangun, kalau cari makan subuh-subuh di warung Ijo biasanya, yang ke arah Kober tuh, terus ramesan bu Agus yang di Karangwangkal, sama warung Oppo yang di perempatan Java Heritage, tapi yang paling murah menurutku warung Koboi yang di Ovis sih," ujarnya.

Di antara tempat-tempat tersebut, salah satu tempat yang menjadi andalan Bimo, terutama di kala kantong dalam kondisi pas-pasan, adalah warung Koboi.

"Kalau ramesan vu Sigit sama warung Ijo ya standar lah ya, tergantung lauk sama sayurnya tapi paling kalau aku makan Rp 10-15 ribu, itu sudah dapat lauk telur, gorengan, sama es teh, tapi kalau warung Koboi, itu aku habis Rp5-10 ribu, memang itu murah banget di situ," jelasnya.

Bimo juga menambahkan bahwa kebutuhan hidup di Purwokerto ini tergolong relatif murah. Apalagi dibandingkan dengan daerah asalnya.

"Murah itungannya tapi pinter-pinternya kita megang duit sama milih tempat makan. Bisa sih sebenernya Rp 1 juta kalau untuk makan sama hal-hal kebutuhan pokok doang di luar jalan-jalan sama jajan-jajan," tambahnya.

Cerita serupa datang dari Bagas Prasetyo (23). Mahasiswa semester akhir, asal Jakarta di Fakultas Ilmu Politik dan Sosial, Unsoed Purwokerto, menceritakan pengalamannya mencari makan kala merantau di Purwokerto. 

Ia menuturkan bahwa seringkali dirinya rindu masakan dengan cita rasa sunda yang dulu kerap ia jumpai sebelum merantau. Untuk mengobati kerinduannya, ia pun mencari warung makan dengan cita rasa sunda di Purwokerto.

"Ya standard sih, aku biasanya sekali makan Rp10-15 ribu. Terus, di sini kan masakannya beda sama masakan sunda ya. Aku kadang suka bingung, karena kan aku lidahnya itu lidah orang Sunda ya, jadi mau cari makanan yang pedas-asin gitu. Nah, kebetulan nemu tuh yang kaya gitu di Purwokerto, di Nasi Sunda Emak sama ramesan bu Sigit," tuturnya.


Alun alun Purwokerto (Foto : Agustinus Yoga Primantoro)

Sedangkan, menurut Toibah (21), mahasiswi Fakultas Pertanian, Unsoed semester tujuh asal Bangka Belitung, dirinya kerap mengalami kebosanan pada satu menu. Untuk mengatasi hal itu, dirinya lebih memilih delivery order (DO) dibandingkan harus memesan makanan via ojek online.

Perbedaan harga antara kedua pilihan tersebut sangat berpengaruh di kantong para mahasiswa. Bagaimanapun uang saku dari orang tua harus dihemat semaksimal mungkin.

"Cari makan biasanya yang terdekat, banyak sih, tergantung tempat kos, kadang bosen juga (makan itu-itu saja), dan cari lagi yang lain. Kalau sebelum pandemi, banyak referensinya, tapi setelah pandemi jarang. Jadi, kadang kita DO, kalau pesan online sudah jarang soalnya ongkirnya mahal, kalau DO ongkirnya paling Rp 1.000 malah kadang gak ada ongkir, jadi lebih enak DO," ujarnya.

Harga yang ditawarkan untuk makanan yang ada di lingkungan kampus Unsoed pun bervariasi. Rata-rata untuk mendapatkan satu bungkus nasi rames cukup merogoh kocek sebesar Rp 3,500. 

"Rp 3.500 nasi rames aja. Gorengan nambah Rp 500. Kalau mau pakai ayam Rp 8 ribu," ucapnya.

Jika dirata-rata, menurut pengakuan mereka, kebutuhan hidup mahasiswa di kota Purwokerto perbulannya berkisar sekitar Rp 1 juta. Terkadang uang dari kiriman orang tua mereka masih tersisa, jika tidak ada kebutuhan kampus yang mendesak.

Berbeda dengan ketiga cerita di atas, Isna Aulia (20) mahasiswi asal Tegal, mengaku bahwa kebutuhan hidupnya sebagai mahasiswi di Fakultas Pertanian, Unsoed, tidak mencapai Rp 1 juta. Pasalnya, dirinya tidak mendapatkan kiriman dari orangtuanya, melainkan dari beasiswa yang ia terima.

"Kalau aku untuk biaya hidup di Purwokerto tidak segitu, karena aku dapat beasiswa, jadi, tidak ada kiriman dari orang tua, paling cuma dari kakak. Mau tidak mau, dicukup-cukupin," tuturnya.

Sementara untuk kebutuhan sehari-hari termasuk kebutuhan perlengkapan kos, hampir rata-rata mahasiswa di Unsoed akan memilih Bursa Kampus sebagai tempat mencari alat tulis, sabun, sikat gigi, detergen dan lain sebagainya dengan harga yang sedikit berbanding dari warung biasanya.


Kendati fasilitas transportasi umum di Kota Purwokerto sudah terbilang lengkap, terbukti dengan adanya Bus Trans Jateng, Bus Trans Banyumas, Ojek online dan sebagainya, rata-rata mahasiswa masih mengeluhkan angkutan kota yang belum menjangkau daerah di sekitar kampusnya. Ditambah lagi akses menuju ke lokasi tertentu yang masih sulit, sehingga dibutuhkan kendaraan pribadi, seperti motor agar dapat menjangkau tempat-tempat yang mereka inginkan.

 

 

Editor : Aryo Arbi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut