Kopassus, Denjaka dan Kopasgat Jaga Kunjungan Jokowi di Ukraina, Ini Keistimewaan Pasukan Itu

Tim iNews, MPI
Paspampres yang di dalamnya ada personel Kopassus, Denjaka dan Kopasgat siap mengamankan Presiden Jokowi saat kunjungan ke Kiev, Ukraina

JAKARTA, iNews.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal menemui dua pimpinan negara yang berkonflik. Yakni Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Rusia dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev. 

Jokowi hadir untuk menunjukkan kepedulian terhadap  kemanusiaan terkait perang yang melibatkan dua negara itu. 

Karena di daerah perang, terutama nantinya ke Kiev, Paspampres telah menyiapkan pengamanan khusus. Misalnya, disiapkan pelindung kepala, rompi antipeluru dan senapan. Bahkan, ada tiga kesatuan khusus yang ikut di dalamnya. 

"Alhamdulillah kami juga tidak terlalu khawatir karena Paspampres ini ada dari Kopassus, Denjaka dan Paskhas (Kopasgat). Alhamdulillah kami percaya diri," tegas Tri di Jakarta, Kamis (23/6/2022). 

Tentu saja, kestiga kesatuan tersebut memiliki kemampuan yang khusus. Berikut keistemewaan, ketiga kesatuan yang para personelnya menyatu di Paspampres. 

1. Kopassus

Kopassus adalah pasukan elite TNI AD yang dimiliki Indonesia. Nama Kopassus sendiri menjadi pasukan yang disegani bahkan diperhitungkan di mata dunia. Pencetus pasukan khusus ini adala Alex Kawilarang. 

Berkat tangan dingin mantan prajurit KNIL tersebut, Kopassus menjadi pasukan yang sangat disegani di dunia karena memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak tepat, dan antiteror. 

Dikutip dari laman resmi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yakni, kopassus.mil.id, pasukan Korps Baret Merah ini terbentuk saat penumpasan pemberontakan bersenjata di Maluku. 

Kala itu, pasukan ini dipimpin oleh Panglima Teritorium III Kolonel Inf Alexander Evert Kawilarang didampingi komandan operasi Letkol SLamet Riyadi. 

Pemberontakan itu dilakukan sekelompok orang yang menamakan diri Republik Maluku Selatan (RMS) pada Juli 1950. Meski berhasil menumpas pemberontak namun dengan korban yang tidak sedikit dari pihak TNI. 

Banyak prajurit TNI yang gugur, karena pasukan musuh yang memiliki pengalaman tempur yang tinggi, taktik dan kemampuan ekstra. 

Dari kekalahan inilah, menginspirasi Letkol Slamet Riyadi untuk menciptakan pasukan tempur yang bisa bergerak cepat dan tepat untuk menghadapi segala medan pertempuran dan kemungkinan kejadian dalam tempur. 

Belum sampai menggagas, Letkol Slamter Riyadi gugur. Sehingga, gagasan itu dilanjutkan oleh AE Kawilarang. 

Pada November 1951, Kolonel AE Kawilarang ditunjuk sebagai Panglima TT III/Siliwangi. Dia pun mengeluarkan Instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III Nomor 55/Instr/PDS/52 tanggal 16 April 1952 tentang pembentukan Kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III atau Kesko III/Siliwangi yang menjadi cikal bakal Korps Baret Merah Kopassus. 


Senjata Kopassus. (Foto: iNews.id)

“Di benaknya (Kawilarang), pasukan khusus itu harus menjadi kesatuan yang ramping memiliki keahlian individu yang tinggi serta bermobilitas tinggi,” tulis buku berjudul “Kopassus untuk Indonesia” dikutip iNews Purwokerto. 

Selanjutnya, AE Kawilarang yang lahir di Meester Cornelis, sekarang Jatinegara pada 23 Februari 1920 ini memerintahkan Letda Aloysius Sugianto untuk mencari pelatih yang akan membantu pembentukan kesatuan pasukan khusus yang berbasis di bekas pangkalan Korps Speciale Troepen (KST) di Batujajar, Bandung, Jawa Barat.

Saat itu, diputuskan Mayor Moch Idjon Djanbi mantan Kapten KNIL dan yang pernah bergabung dengan KST dan bertempur dalam Perang Dunia II sebagai Komandan pertama. 

Dalam perjalanannya, satuan ini mengalami beberapa kali perubahan nama. Di antaranya Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD) pada 1953, Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 1952. Kemudian pada 1955 berubah nama menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). 

Pada 1966, RPKAD kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (Puspassus TNI AD). Berikutnya pada 1971 berganti lagi menjadi Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha). 

Baru setelah 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sampai sekarang. Keberhasilan AE Kawilarang membentuk pasukan khusus tidak lepas dari pengaruh lingkungan tempat dia dibesarkan. 

Salah satu prestasi Kopassus adalah cerita heroik sebanyak 30 prajurit TNI dari kesatuan Kopassus (dulu bernama RPKAD) yang tergabung dalam Kontingen Garuda (Konga) III berhasil menaklukan 3.000 personel pasukan pemberontak Kongo, dengan menyamar jadi hantu putih.

Almarhum Letjen (Purn) Kemal Idris, Komandan Pasukan Perdamaian Indonesia di Kongo saat itu, dalam buku biografinya berjudul “Kemal Idris, Bertarung dalam Revolusi” terbitan Sinar Harapan menceritakan hal ini. 

Pada Tahun 1962, Persatuan Bangsa Bagsa (PBB) memerintahkan Indonesia untuk mengirimkan pasukan perdamaian ke Negara Republik Demokratik Kongo, Afrika. 

Maka dikirimkan pasukan perdamaian Indonesia diberi nama Kontingen Garuda III (Konga III). Anggotanya diambil dari Batalyon 531 Raiders, satuan-satuan Kodam II Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur tempur lainnya, termasuk Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD yang waktu itu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

Pasukan Konga III dipimpin Kemal Idris yang saat itu masih berpangkat Brigjen TNI. Sebanyak 3.457 tentara Konga III berangkat dengan pesawat pada Desember 1962. Mereka ditugaskan di Albertville, Kongo selama 8 bulan di bawah naungan United Nations Operation in the Congo (UNOC).

Beruntung tidak ada pasukan Garuda yang meninggal pada kejadian itu. Hanya beberapa tentara luka ringan. Akhirnya, pasukan perdamaian dari semua negara peserta yang bertugas langsung melakukan rapat koordinasi untuk melakukan pengejaran terhadap gerombolan pemberontak tadi.


Prajurit Kopassus pernah menghadapi pasukan Gurkha asal Nepal saat konfrontasi dengan Malaysia (Ilustrasi, Foto: Penkopassus) 

Ide cemerlang terbersit di kepala Pasukan Kopassus Konga III. Yakni menerapkan strategi unik dan tak lazim, menyamar jadi hantu putih. Akhirnya mereka memakai jubah putih longgar yang diberi kayu di atas kepala agar bila terkena angin maka jubah putih tersebut melambai-lambai. Tak lupa setiap personel juga memakai rantai bawang putih yang dikalungkan di leher.

Dengan naik kapal yang dihitamkan, sesampai di pinggir danau, pasukan hantu putih Kopassus meloncat berhamburan keluar dari kapal. Mereka menyerbu pos terdepan musuh. Setelah menaklukan pos itu, pasukan menyerbu ke dalam markas pemberontak.

Mendapat serangan hantu putih yang begitu mendadak, pemberontak kaget dan tertegun. Jiwa tempur mereka hilang. Mereka mengira benar-benar telah diserang hantu yang kesetanan.

Bahkan ada seorang pemberontak yang sedang membakar ayam, karena kaget digerebek satuan komando pasukan khusus Indonesia itu langsung melempar ayam bakarnya dan mengenai salah satu anggota Kopassus yang menyerbu.

Serangan berlangsung singkat namun efektif. Hanya dalam tempo 30 menit, markas pemberontak berhasil dilumpuhkan. Sebanyak 3.000 personel pemberontak berhasil ditawan beserta keluarganya.

2. Denjaka

Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) namanya. Kini telah berusia 39 tahun. Denjaka yang merupakan pasukan elite milik TNI AL, resmi dibentuk sejak tahun 1982. Pertama kali dibentuk, nama yang tersemat bukanlah Denjaka, melainkan Pasukan Khusus AL (Pasusla). 

Keberadaan Pasusla dibutuhkan guna menanggulangi beragam bentuk ancaman aspek laut, seperti terorisme dan sabotase. Seiring kebutuhan yang kian mendesak, KSAL menyurati Panglima ABRI yang isinya berkisar keinginan untuk membentuk Denjaka. Tepat pada 13 November 1984, Panglima ABRI menyetujui pembentukan Denjaka menjadi satuan antiteror aspek laut di bawah naungan Korps Marinir.  

Pada tahap pertama itulah, sebanyak 70 personel dari Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska) direkrut. Lantaran masuk kategori pasukan khusus, tak sembarang prajurit TNI AL yang bisa masuk ke dalam detasemen ini. Pendidikan yang dilalui pun ada beberapa tahap. 

Pertama, prajurit Denjaka dibekali kursus penanggulangan antiteror aspek laut yang bermaterikan, intelijen, taktik dan teknik anti-teror, dan anti-sabotase. Kemudian, ada dasar-dasar spesialisasi komando kelautan dan keparaan lanjutan.

Di tahap awal, mereka akan digembleng fisik dan pikirannya selama kurang lebih 6 bulan. Kemudian, dilanjutkan dengan kursus dengan materi pemeliharaan kecakapan dan peningkatan kemampuan kemahiran kualifikasi Taifib dan Paska. 

Di tahap ini prajurit Denjaka turut dibekali pemeliharaan dan peningkatan kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela diri, penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara, penguasaan taktik dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di laut, kapal, pelabuhan atau pangkalan dan personel yang disandera.  

Terdapat pula materi penguasaan taktik dan teknik operasi klandestin aspek laut, pengetahuan tentang terorisme dan sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi. 

Untuk mendukung operasi personel Denjaka dibekali antara lain submachine gun MP5, HK PSG1, Daewoo K7, senapan serbu G36, HK416, M4, Pindad ss-1, CZ-58, senapan mesin ringan Minimi M60, Daewoo K3, serta pistol Beretta, dan HK P30 dan SIG Sauer 9 mm.

Denjaka sendiri terdiri dari satu markas zedenk detasemen, satu tim markas, satu tim teknik dan tiga tim tempur.  


Pasukan Denjaka (Foto: TNI AL)

Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi. Berdasarkan peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/77/X/2010 tentang Persetujuan dan Pengesahan Peningkatan kepangkatan dalam Jabatan di Lingkungan Korps Marinir diputuskan Komandan Denjaka berpangkat Kolonel. 

Denjaka adalah salah satu pasukan elite TNI yang memiliki keunggulan dan kemampuan khusus. Pasukan TNI AL yang memiliki nama lengkap Detasemen Jala Mangkara ini telah berpengalaman dalam sejumlah operasi penanggulangan aksi terorisme.

Kisah heroik Denjaka yang dibentuk pada 4 November 1982 ini salah satunya terlibat dalam operasi pembebasan Kapal MV Sinar Kudus dan para ABK WNI yang disandera perompak Somalia pada 2011. 

Setelah penyanderaan berlangsung 46 hari, pasukan siluman satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI AL bersama Kopassus, Kopaska dan Kostrad ini berhasil membebaskan Kapal MV Sinar Kudus. Empat dari puluhan bajak laut dilumpuhkan pasukan yang tergabung dalam Tim Satgas Merah Putih.  

Operasi pembebasan di laut yang merupakan operasi jarak jauh pertama bagi pemerintah Indonesia dan TNI ini dilakukan setelah Kapal MV Sinar Kudus dibajak perompak Somalia di Kepulauan Seychelles, Somalia. Kapal milik PT Samudera Indonesia Tbk itu dikuasai secara paksa tepatnya pada 16 Maret 2011.  

Kapal MV Sinar Kudus saat itu membawa 20 anak buah kapal (ABK) serta 8.911 ton feronikel yang akan dikirimkan ke Rotterdam, Belanda. Namun, dalam perjalanan, kapal dibajak di Perairan Somalia, di sekitar 350 mil laut tenggara Oman.  Pada 17 Maret 2011, kabar pembajakan kapal berbendera Indonesia diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

3. Kopasgat 

Kopasgat TNI AU yang terbentuk berdasarkan Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara (Pangau) Nomor 45 tahun 1966 tanggal 17 Mei 1966.  

Sejak terbit Peraturan Persiden Nomor 66 tahun 2019 dan Peraturan Penglima TNI Nomor 24 tahun 2021, Kopasgat yang bermarkas di Bandung kini berada di Komando Operasi Udara Nasional (Koopsudnas). 


Pasukan Kopasgat saat latihan

Sebagai pasukan khas matra udara, Kopasgat melaksanakan fungsi-fungsi utama, yaitu operasi pertempuran darat, pertahanan udara titik, bantuan tempur, pemberdayaan potensi dirgantara, dan operasi militer lain berdasarkan kebijakan komando atas dalam rangka tugas operasi militer perang dan tugas militer selain perang. 

Pada masa awal perjuangan, Kopasgat, tepatnya 17 Oktober 1947, pernah melaksanakan misi operasi lintas udara (linud) pertama. 

Satu tim peterjun sebanyak 13 orang prajurit menggunakan payung udara peninggalan Jepang, melompat dari pesawat C-47 Dakota RI 002. 

Mereka menerobos belantara hutan dan menjejakkan kaki di Kutawaringin, Kalimantan Tengah dalam rangka mengobarkan semangat perjuangan rakyat setempat melawan penjajah. 

Bertitik tolak dari peristiwa heroik itu, berdasarkan keputusan Menpangau Nomor 54 tahun 1967, tanggal 17 Oktober ditetapkan sebagai hari jadi Kopasgat. 

Latihan bagi calon anggota Kopasgat diawali dengan terjun taktis statik atau terjun dengan membawa senjata dan perlengkapan tempur lain dari pesawat Hercules C130, dengan titik muat di Lanud Husein Sastranegara Kota Bandung. 

Terjun taktis statik ini merupakan kemampuan yang wajib dikuasai para prajurit Kopasgat dan tak boleh ditawar-tawar lagi. 

Selain terjun taktis statik, prajurit juga berlatihterjun bebas atau free fall. Latihan ini bertujuan untuk mengasah keberanian dan keterampilan terjun para prajurit baret jingga. 

Dengan adanya kemampuan tersebut, maka sangat bermanfaat untuk menjangkau area operasi yang hanya bisa diakses dengan cara terjun payung. 

Kemampuan terjun payung taktis tatis dengan persenjataan lengkap wajib dimiliki prajurit Kopasgat. 


Prajurit Kopasgat

Selain itu prajurit juga berlatih menembak baik senapan maupun pistol, pertempuran jarak dekat (PJD), penyergapan terhadap teroris serta penyelamatan sandera. 

Prajurit Korpasgat juga rutin menggelar latihan ketahanan fisik dan mental. Skill mumpuni tersebut didukung alat utama sistem persenjataan (alutsista) Kopasgat yang canggih dan modern. 

Salah satunya adalah Oerlicon Skyshield, misil penghancur pesawat dan rudal. Tidak hanya itu, Kopasgat juga memiliki berbagai macam kendaraan tempur dan rudal, salah satunya adalah QW-3.  

Dankopasgat TNI AU Marsda TNI Eris Widodo Yuliastono mengatakan, secara umum, Kopasgat memiliki empat kemampuan, yaitu, pertempuran darat, matra udara, pertahanan udara, dan operasi khusus. "Yang spesifik, yang tidak dimiliki satuan lain, adalah kemampuan matra. Saat ini diimplementasikan dalam satuan yang kita sebut Detasemen Matra," kata Dankopasgat TNI AU seperti dikutip iNews.id.

Kemampuan matra yang menonjol dan tidak dimiliki satuan lain adalah pengendalian tempur. Yakni, kemampuan unit pasukan dalam mengendalikan atau menentukan sasaran penembakan pesawat tempur dalam bentuk closed as swatt

Selain itu ada pengendalian pangkalan, kemampuan unit pasukan dalam mengoperasikan landasan udara yang sudah direbut dari pihak musuh untuk dipergunakan sebagai pangkalan aju dalam sebuah opeasi udara.  

"Ada satu kemampuan yang lebih spesifik yaitu, combat search and rescue, yaitu kemampuan untuk melakukan penyelamatan korban perang baik personel maupun materil di wilayah mandala operasi dengan menggunakan wahana udara sebagai sarana infiltrasi dan ekstrasi. Sehingga faktor kecepatan penanganan korban dapat dilakukan secara optimal," ujar Marsda TNI Eris Widodo Yuliastono. 

Dankopasgat menyatakan, prajurit Korpasgat tentau banyak mendulang prestasi. Namun dapat dikatakan, prestasi terbaik adalah ketika Kopasgat mendapatkan penghargaan Sam Karya Nugraha dari Presiden RI Soeharto pada 15 Desember 1969.  

"Penghargaan ini diberikan sebagai salah satu komando utama TNI yang dapat diandalkan sejak masa kelahiran RI. Sam Karya Nugraha merupakan legacy terbaik dari para leluhur, pendahulu,”tandasnya.

 

Editor : EldeJoyosemito

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network