JAKARTA, iNews.id - Inilah salah satu perusahaan otobus (PO) legendaris di Indonesia. Perusahaan ini berasal dari Sumatera Utara. Namun, namanya telah menggema hampir di seluruh tanah air.
PO bus tersebut bernama ALS atau Antar Lintas Sumatera. Awal perjalanan bisnis bus ALS dimulai dari H Sati Lubis di Kotanopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Awalnya, ternyata dari truk yang membawa hasil bumi. Mereka duduk bersama membangun usaha perusahaan angkutan penumpang.
Tepat 29 September 1966, PO ALS resmi berdiri dan kini menjadi perusahaan otobus terbesar di Sumatera sekaligus menjadi salah satu yang tertua di Indonesia.
PO ALS juga terkenal sebagai bus dengan barang bawaan paling banyak di atasnya dan memiliki trayek terjauh di Indonesia.
Trayek terjauh ALS menempuh rute Medan, Sumatera Utara hingga Jember, Jawa Timur. Pada masa awal berdiri, ALS memulai kiprahnya dengan membuka trayek dari Kotanopan ke Medan menggunakan bus Chevrolet C50.
Seiring perkembangan bisnis, ALS memindahkan markasnya ke Medan hingga sekarang.
Bus ALS pun membuka banyak rute baru dan menjadi salah satu pelopor transportasi penghubung antar kota di Sumatera, meliputi Pekanbaru, Banda Aceh, Bengkulu, Jambi, Palembang, Padang dan Lampung.
Sampai tahun 1970-an, jangkauan ALS masih belum seluas seperti sekarang. Armada ALS hanya beroperasi di Sumatera, paling jauh ke Bakauheni, karena jika ke Jawa kapal yang ada belum memadai mengangkut kendaraan besar.
Baru setelah memasuki 1980-an, seiring tersedianya kapal feri berukuran besar, ALS mulai menapakan rodanya di Tanah Jawa. Trayek yang dibuka mencakup Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, hingga Surabaya.
Sekarang, trayek terjauh dari perusahaan otobus ALS adalah dari Medan menuju Jember. Ini menempuh jarak perjalanan nyaris 3.000 km atau sekitar 2.920 km.
Perjalanannya memakan waktu hingga satu minggu untuk sampai ke kota tujuan. Jarak tempuh yang jauh dan waktu tidak sebentar membuat kru bersama penumpang bersama setiap saat.
Dari sinilah banyak para penumpang yang mengenali para kru bus ALS hingga muncul ungkapan naik sebagai penumpang, turun sebagai saudara.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait