ATAMBUA, iNews.id - Kepala Sekolah SMKN 3 Atambua, Kabupaten Belu, NTT, Wesasuit Marcelinus Soter Seran yang ditikam orangtua murid masih dirawat di RSUD Mgr Gabriel Manek Atambua
Korban awalnya ditangani Puskesmas Haliwen hingga akhirnya dirujuk ke RSUD untuk mendapatkan perawatan lebih intensif karenakan luka tusukan pada bagian kepala.
Selain itu kepala korban juga menderita luka pada lengan kiri akibat benturan keras. Saat ditemui di ruang perawatan, korban mengaku sudah bisa bangun dari tempat tidur. Namun masih merasa sedikit pusing dan trauma atas kejadian penyerangan kemarin.
"Puji Tuhan setelah dirujuk ke rumah sakit umum kondisi saya sudah membaik. Namun masih merasa pusing dan trauma atas kejadian kemarin," ujar Marcelinus, Jumat (29/10/2021).
Dia menjelaskan terkait kejadian yang menimpa dirinya saat upacara pagi. Seperti biasa dia bersama dengan guru piket memeriksa kehadiran anak sekolah. Namun tiba- tiba salah seorang siswi bertanya jika dia belum mengikuti ujian tengah semester.
Saat ditanya kenapa tidak masuk sekolah sebab siswi tersebut mengikuti acara Pesta Sambut Baru. Mendengar cerita siswi ini, dia mengaku hanya menarik rambut tanpa memukulnya.
"Saya hanya menarik rambutnya dan itu saya lakukan dengan pelan-pelan. Tidak ada tindak kekerasan apa pun, tidak memukul dan menampar. Itu disaksikan semua anak murid dan juga guru-guru tidak ada tindak kekerasan apa pun," katanya.
Di menambahkan, terkait dengan kejadian ini sudah sering terjadi di sekolah ini namun semua diselesaikan secara damai. Namun kali ini sudah sangat kelewatan. Dia mengharapkan pemerintah daerah mengambil sikap tegas unutk bisa menjaga dan melindungi para guru sebagai tenaga pendidik.
"Kejadian pemukulan dari orangtua murid ini sudah berulang kali terjadi namun kami selalu sabar dan terus memaafkan. Kali ini kami menyerahkannya kepada polisi untuk selanjutnya diproses sesuai dengan hukum yang berlaku sehingga dapat memberikan efek jera kepada para orang tua murid lainnya dan tidak terjadi kekerasan seperti ini lagi," ucapnya.
Dia mengaku bersyukur yang digunakan saat penganiayaan hanya sepotong besi. Apabila memakai parang, mungkin dirinya sudah terbunuh di sekolah.
"Karena itu sebagai guru kami berharap dengan kejadian ini pemerintah daerah dapat menjamin keselamatan kami dengan menerapkan aturan yang lebih tegas," ujarnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait