4 Serangkai Penyakit Hati, Seperti Kanker Stadium Satu hingga Empat

Tim iNews.id
DI antara akhlakus sayyiah atau akhlak buruk sebagai lawan dari akhlakul karimah atau akhlak mulia, adalah sifat ujub, riya, sum’ah dan takabur. Foto ilustrasi/Dok dictio.id

DI antara akhlakus sayyiah atau akhlak buruk sebagai lawan dari akhlakul karimah atau akhlak mulia, adalah sifat ujub, riya, sum’ah dan takabur. Dapat dikatakan bahwa 4 sifat buruk tersebut sebagai 4 serangkai penyakit hati, karena sangat erat berhubungan satu dengan yang lain.

Oleh karenanya wajib bagi setiap Muslim untuk menghindari penyakit tersebut dengan sungguh-sungguh, walaupun memang sangat berat dalam pelaksanaannya. Apa lagi keempatnya termasuk kategori penyakit hati, bukan penyakit jasmani atau penyakit fisik. Bila seseorang ditimpa penyakit jasmani dengan serta merta dia dapat merasakannya, sehingga yang bersangkutan akan cepat-cepat berobat agar segera sembuh, bahkan dengan biaya berapapun.

Anggota Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta - Jakarta Islamic Center, KH Drs Syarifuddin Mahfudz MSi menjelaskan,   banyak orang yang tidak merasa bahwa dia sedang ditimpa penyakit hati, padahal sifat ujub, riya, sum’ah dan takabur sudah merasuk di dalam jiwanya. Layaknya penyakit jasmani yang ditandai dengan tingkat-tingkat keparahan tertentu. Seperti penyakit kanker, dari stadium satu, dua, tiga dan empat, maka penyakit ujub adalah pada tahapan stadium satu, riya stadium dua, sum’ah stadium tiga, dan takabur stadium empat.

Pertama; ujub, dari kata ‘ajaba maknanya kagum, bangga, takjub terhadap diri sendiri. “Takjub terhadap diri sendiri seolah-olah dirinyalah yang paling utama dari pada yang lain” (Sufyan Tsauri).
 Rasulullah saw bersabda:
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : هَوَاءٌ مُتَّبَعٌ وَشُحٌّ مُطَاعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ 

“Tiga perkara yang membinasakan, yaitu hawa nafsu bila dituruti, kebatilan bila ditaati dan kebanggaan seseorang terhadap dirinya sendiri”. (Shahih Jamiush Shagir 1802).

Kedua; riya, dari kata ro’a=melihat, maknanya ingin dilihat, ingin diperhatikan, mencari perhatian, maka beramal apapun juga و selalu dilakukan dengan pamer. Dalam surat Al Ma’un (107):4-6 Allah SWT berfirman:

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْن. اَلَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْن. اَلَّذِيْنَ هُمْ يُرَاؤُن.
“Maka celakalah orang-orang yang shalat, mereka orang-orang yang lalai dalam shalatnya, dan orang-orang yang riya”

Menurut Rasulullah saw riya tergolong kepada syirik kecil, karena dengan berlaku riya berarti hakekatnya mempersekutukan Allah dengan yang seseorang berbuat riya kepadanya (yang dia pameri).

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda :
اِنَّ اَخْوَفَ مَااَخَافُ عَلَيْكُمُ الْشِرْكُ الْاَصْغَرْ الرِّيَاءُ , يَقُوْلُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اِذَا جَزَاءَ النَّاسَ بِاَعْمَالِهِمْ : اِذْهَبُوْا اِلَى الَّذِيْنَ كُنْتًمْ تَرَاءُوْنَ فِي الدُّنْيَا فَاَنْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً؟

“ Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kailan  adalah syirik kecil, yaitu riya. Allah akan mengatakan kepada mereka  pada hari kiamat tatkala memberikan balasan atas amalan-amalan manusia: “pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya kepada mereka di dunia apakah kalian akan mendapatkan balasan dari sisi mereka. (Riwayat Ahmad V/428-429).

Ketiga; sum’ah, dari kata sami’a artinya mendengar, maknanya ingin didengar orang lain (tentang kebaikannya) atau dia ingin mendengar orang lain menyebut-nyebut tentang kebaikannya.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat Bukhari Muslim:
مَنْ سَمِعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ وَمَنْ رَءَا رَءا الله بَهِ
“Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan sum’ah oleh Allah, dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya oleh Allah”.

Maksud diperlakukan sum’ah oleh Allah ialah diumumkan aib-aibnya di akherat, supaya didengar orang lain, seperti mereka waktu di dunia selalu ingin didengar orang lain ketika mereka berbuat kebaikan. Dan maksud diperlakukan riya oleh Allah adalah diperlihatkan pahala amalnya namun pahala itu tidak diberikan kepadanya. Na’udzu billah min dzaalik.

Keempat; takabur dari kata kabir artinya besar, takabur merasa diri besar, orang lain kecil semua, padahal Allohu Akbar, yang Maha Besar hanya Allah SWT. Inilah puncak dari empat serangkai penyakit hati, yang sangat membahayakan. 
Rasulullah saw mewanti-wanti dalam hadits riwayat Muslim:

لَايَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذّرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ.
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sifat takabur walau sebesar biji sawi”

Dalam Surat Luqman (31):18 Allah SWT berfirman:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِيْ الْأَرْضِ مَرَحًا اِنَّ اللهَ لَايُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْر

“Dan janganlah kamu memalingkan pipimu kepada manusia dan jangan berjalan di atas bumi dengan sombong, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang sombong dan membanggakan diri”. 

Sementara doa agar tak menjadi Takabur, seperti doa Abu Bakar Siddiq ketika dipuji orang yakni :

اللهم  اجعلني شكورا واجعلني صبورا واجعلني في عيني صغيرا وفي اعين الناس كبيرا
Alloohumaj lii syakuuroo, waj’alnii shobuuroo, waj’alnii fii ‘ainii shoghiiroo wa fii ‘ayunin naasi kabiiroo

"Ya Allah jadikanlah aku orang yg pandai bersyukur, dan jadikan aku orang yg pandai bersabar. Dan jadikanlah aku, kecil dlm pandanganku, besar dlm pandangan manusia."

Adapun sebab-sebab kenapa seseorang menjadi sombong alias takabur, biasanya karena:

1.  Keturunan, merasa diri sebagai keturunan bangsawan yang berdarah biru. Camkanlah bila anda merasa berdarah biru lalu sombong, maaf sama saja dengan Iblis, ketika Iblis ditanya Allah kenapa tidak mau sujud kepada Adam, sebagaimana diterangkan dalam surat Al ‘Araf (7):12 sebagai berikut:

قَالَ مَامَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ إِذْ اَمَرْتُكَ قَالَ أنَا خَيْرٌ  مِنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ

“Allah berfirman: ”Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu? Menjawab Iblis: “Aku lebih baik dari padanya,Engkau telah ciptakan aku dari api, dan Engkau telah ciptakan dia dari tanah”

2.  Kecantikan, merasa paling cakep sendiri, paling ganteng sendiri. Bila anda punya perasaan demikian, maka renungkanlah, sesungguhnya dibalik wajah anda yang rupawan, dibalik tubuh anda yang bahenol nerkom, di dalamnya dipenuhi oleh kotoran, najis yang bau, air kencing yang bau jengkol, darah kotor dan seterusnya. Dan ingat dikala usia tidak muda lagi anda akan termehek-mehek dengan wajah yang jelek.

3.  Kekuatan, fisik yang gagah perkasa. Kalau anda punya perasaan seperti itu, ingatlah firman Allah dalam surat Al Isro (17):37 berikut,
وَلَاتَمْشِ فِيْ الْآَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأرْضَ وَ لَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلاً

“Janganlah kamu berjalan di atas bumi dengan sombong, sesungguhnya kamu tidak akan bisa menembus bumi dan melebihi tinggi gunung”

4.    Pangkat atau jabatan. Susah dihindari sifat takabur oleh orang yang berpangkat, karena dengan pangkat atau jabatan, apapun bisa dia lakukan. Ingat bila anda punya jabatan jangan sampai seperti Firaun kecil.
Sadarlah dibandingkan dengan pangkat Allah, dibandingkan dengan kekuasaan Allah, dibandingkan dengan kursi Allah, kursi anda kagak ada apa-apanya.

Perhatikan firmanNya dalam ayat kursi, surat Al Baqarah (2):255 berikut:
وَسِعَ كُرْسِيٌّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَاْلَعِلُّي الْعَظِيْمِ

“Kursi (kekuasaan) Allah meliputi langit dan bumi, dan Dia tidak berat memelihara keduanya, Dia Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung”.

5.    Harta, kalau tidak hati-hati harta bisa bikin orang takabur. Ingatlah bila anda merasa hebat dengan harta, sesungguhnya harta itu hakekatnya bukan milik anda tetapi hanyalah milik Allah yang diamanatkan kepada anda. Bila Allah mau dalam sekejap bisa hilang. Anda yang meninggalkan harta, atau harta yang meninggalkan anda.

Dalam surat At Taubah (9):55 Allah SWT berfirman:
فَلَا تَعْجُبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهًمْ إِنَّمًا يُرِيْدُ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِىْ اْلحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسَهُمْ وَهُمْ كَافِرُوْنَ

“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir”

6.    Ilmu, jangan takabur karena anda merasa pandai, lalu anda menjadi jumawa. Perhatikan firman Allah dalam surat Al Kahfi (18):109 ini,
قُلْ لَوْكَانَ الْبَحْرُ مِدادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّيْ لَنَفِدَالْبَحْرُقَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلْمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

“ Katakanlah seandainya air laut dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah, niscaya akan habis semua air laut sebelum kalimat Allah tertulis, walaupun didatangkan air laut sebanyak itu lagi.

7.    Ibadah, hati-hati ibadah juga sering membuat orang tergelincir menjadi takabur. Merasa paling soleh, paling taat, paling alim. Sebelum masuk surga sudah merasa masuk surga duluan.
Renungkanlah firman Allah dalam surat An Najm (53):32 berikut:

هُوَاَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ اَنْشَأَكُمْ مِنَ الْارْضِ وَإِذْاَنْتُمْ اَجِنَّةٌ فِيْ بُطُوْنِ اُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوْا اَنْفُسَكُمْ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“ Dia lebih mengetahui tentang kamu tatkala Dia menciptakan kamu dari tanah dan tatkala kamu berada dalam perut ibumu, maka janganlah kalian menganggap dirimu suci, Dialah yang paling tahu siapa orang yang paling bertakwa”

Wallohu ‘alam bish showab.
 

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network