Sebut Barat Tak Ingin Rusia-Ukraina Berdamai, Putin Teken Dekret Mobilisasi Militer

Anton Suhartono
Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (21/9/2022), memerintahkan mobilisasi militer parsial untuk mengerahkan pasukan cadangan ke Donbass, Ukraina. Foto/REUTERS/Maxim Shemetov.

LONDON, iNewsPurwokerto.id - Ketegangan antara Rusia dan Ukraina masih terus berlanjut akibat campur tangan negara Barat. Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (21/9/2022), memerintahkan mobilisasi militer parsial untuk mengerahkan pasukan cadangan ke Donbass, Ukraina. 

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin mengatakan jika negara-negara Barat tak ingin Rusia dan Ukraina berdamai, bahkan ingin menghancurkan Rusia. Mobilisasi militer parsial ini merupakan mobilisasi militer pertama yang dilakukan Rusia sejak Perang Dunia II.

Putin mengatakan mobilisasi parsial, yakni mengerahkan sebagian dari 2 juta pasukan cadangan, bertujuan untuk mempertahankan Rusia dan wilayahnya. Dia menyebut jika negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO, menjadi sponsor utama persenjataan Ukraina dalam perang melawan Rusia.

“Untuk melindungi tanah air, kedaulatan, saya merasa perlu untuk mendukung keputusan Staf Umum mengenai mobilisasi parsial,” katanya, dikutip dari Reuters.

Dia pun menegaskan kembali tujuan operasi militer khusus Rusia di Ukraina yakni membebaskan Donbass di Ukraina timur. Menurut Putin, sebagian besar penduduk Donbass, meliputi Donetsk dan Luhansk, tidak ingin kembali dalam penindasan kelompok neo-Nazi Ukraina.

Negara Barat, lanjut dia, juga terlibat dalam 'pemerasan nuklir', namun Rusia punya banyak senjata untuk membalas. Untuk ancaman yang satu ini Putin menegaskan dirinya tidak menggertak.

"Jika integritas teritorial negara terancam, kami menggunakan semua cara yang ada untuk melindungi rakyat, ini bukan gertakan," kata Putin.

Beberapa hari sebelum memerintahkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari, Putin mengakui berdirinya Republik Rakyak Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR).

Rusia bersama pasukan separatis pro-Moskow saat ini menguasai sekitar 60 persen wilayah Donetsk dan merebut hampir semua Luhansk sejak Juli lalu.

Selain itu, pasukan Rusia menghadapi pukulan keras dalam serangan pembalasan militer Ukraina, terutama di Kharkiv. Seragan militer Ukraina memaksa Rusia untuk menarik pasukannya dari Kharkiv untuk dikumpulkan kembali ke Donbass. 

Sementara itu tokoh-tokoh pro-Moskow di Ukraina pada Selasa kemarin mengumumkan referendum untuk bergabung dengan Rusia. Selain Donbass, referendum juga akan digelar di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia pada 23-27 September mendatang. Wilayah-wilayah itu mewakili sekitar 15 persen total luas Ukraina.

Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (21/9/2022), mengumumkan mobilisasi militer parsial. Ini akan memungkinkan pengerahan pasukan cadangan ke Donbass, Ukraina, untuk menambah kekuatan yang ada.

Dia menegaskan tujuan mobilisasi tersebut adalah untuk membebaskan Donbass, wilayah meliputi Donetsk dan Luhansk. Menurut Putin, mayoritas penduduk Donbass tidak ingin kembali dalam penindasan neo-Nazi Ukraina.

 

Editor : Arbi Anugrah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network