Malaikat berkata, “Wahai Adam, tinggallah di sini bersama Hawa!” Maka, keduanya turun dan duduk di atas ranjang tersebut. Lalu mereka berdua disuguhi dua petikan anggur. Satu petikannya panjangnya sama dengan menempuh perjalanan sehari semalam.
Mereka berdua makan, minum, dan bermain-main di taman surga. "Apabila Adam ingin bersenggama dengan Hawa, maka dia masuk ke dalam kubah yang terbuat dari permata dan zabarjud. Mereka berdua ditutupi oleh satir yang terbuat dari sutera. Dan apabila Hawa berjalan-jalan di dalam istana, maka di belakangnya diiringi oleh bidadari yang tidak terhitung jumlahnya," tulis Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas.
Muhammad ibn Iyas (1448-1522) adalah salah satu sejarawan terpenting dalam sejarah Mesir modern. Dia adalah saksi mata invasi Utsmaniyah ke Mesir.
Pernikahan Adam dan Hawa
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas menuturkan setelah Adam turun dari mimbar, dia duduk di antara para malaikat. Kemudian Allah menjadikan dia tertidur karena di dalam tidur itu ada ketenangan bagi badan. Ketika tidur, dia melihat Hawa di dalam mimpinya, padahal Hawa belum diciptakan.
Dia tertarik kepadanya ketika melihatnya. Kemudian Allah keluarkan dari tulang rusuknya yang sebelah kiri. Dari tulang rusuk itu diciptakanlah Hawa sama seperti bentuk Adam. Allah menciptakan Hawa dengan seindah-indahnya dan memberikannya seribu keindahan bidadari. Maka, jadilah Hawa wanita tercantik di antara sekian wanita yang kemudian menjadi anak-anaknya hingga Hari Kiamat.
Dia memiliki 700 kepangan rambut. Tingginya sebanding dengan Adam. Dia diberikan pakaian dan perhiasan dari surga sehingga dia sangat bersinar lebih terang daripada matahari.
Karena mimpi itu, Adam terbangun dari tidurnya dan ternyata dia mendapatkan Hawa telah berada di sampingnya dan membuatnya takjub.
Adam terasuki syahwat kepadanya. Maka, dikatakan kepada Adam, “Janganlah engkau lakukan (mengumpulinya) sampai engkau membayar maskawinnya.”
Adam bertanya, “Maskawinnya apa?”
Allah menjawab, “Aku melarangmu mendekati pohon hinthah (gandum). Engkau jangan memakan buahnya. Itulah maskawinnya.”
Menurut sebuah riwayat, Allah berfirman, “Berikanlah dahulu maskawinnya.”
Adam bertanya, “Maskawinnya apa?”
Allah berfirman, “Maskawinnya adalah selawat kepada nabi-Ku dan kekasih-Ku, yaitu Muhammad.”
Adam bertanya, “Siapa gerangan Muhammad itu?”
Allah berfirman, “Dia adalah salah satu dari anakmu. Dia adalah nabi terakhir. Seandainya tidak ada dia, tentu Aku tidak akan menciptakan makhluk.”
Selanjutnya, Allah mengusap punggung Adam. Dari Adam, Dia mengeluarkan keturunannya yang banyak sekali seperti debu. Ada yang putih, yang hitam; ada laki-laki dan ada juga wanita. Dia mengalirkan cahaya kepada mereka dari cahaya-Nya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait