PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Kantor Bank Indonesia (BI) Purwokerto memperkirakan pada tahun 2023 tingkat inflasi di Banyumas dan Cilacap sekitar 3±1 (yoy) pada 2023.
Kepala Kantor Perwakilan BI Purwokerto Rony Hartawan mengatakan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pencapaian inflasi pada tahun 2023.
“Di antaranya adalah dampak inflasi dari kenaikan permintaan dan harga barang di luar negeri (imported inflation), disertai pertumbuhan ekonomi global yang melemah. Kemudian perubahan cuaca dan iklim yang mempengaruhi produksi juga dapat berdampak pada terjadinya fluktuasi harga beberapa komoditas hortikultura,”jelasnya pada keterangan tertulis yang diterima iNewsPurwokerto pada Selasa (3/1/2023).
Menurutnya, faktor lainnya adalah kenaikan harga komoditas yang ditentukan oleh Pemerintah seperti cukai rokok diperkirakan turut andil sebagai penyumbang inflasi. Pemerintah telah menetapkan kebijakan kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) pada 2023 sebesar 12% (rerata tertimbang).
“Dampak lanjutan kenaikan harga BBM juga diperkirakan akan berlanjur di awal tahun 2023. Ke depan, koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Daerah, dan pihak terkait lainnya akan terus dilakukan sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan keterjangkauan harga khususnya untuk bahan kebutuhan pokok,”ujarnya.
Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat Inflasi Purwokerto dan Cilacap pada Desember 2022 secara tahunan masing-masing tercatat sebesar 6,49% (yoy) dan 6,81% (yoy).
Capaian inflasi tahunan tersebut menurun dibandingkan inflasi tahunan pada November 2022. Walaupun demikian, secara bulanan, inflasi pada kedua daerah terpantau meningkat yang didorong oleh kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.
Peningkatan harga beras terjadi sejalan dengan penurunan pasokan akibat belum dimulainya masa panen beras. Harga telur ayam ras dan daging ayam ras juga meningkat akibat peningkatan permintaan di akhir tahun dan implementasi kebijakan afkir dini. Selain itu, curah hujan tinggi mempengaruhi produksi komoditas cabai rawit.
“Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas dan Cilacap telah melakukan penguatan sinergi program pengendalian inflasi serta penanggulangan dampak inflasi melalui implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),”ujar Rony.
Langkahnya melalui pelaksanaan operasi pasar dan pasar murah untuk beberapa komoditas seperti beras, minyak goreng, aneka cabai, bawang merah, dan daging ayam ras. “Kemudian pelaksanaan program urban farming melalui gerakan tanam cabai di pekarangan, Kerjasama Antar Daerah (KAD) komoditas bawang merah dan beras serta pelaksanaan capacity building dan studi banding TPID,”tandasnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait