Sejarah dan Asal Usul Banyumas, Konon Berasal dari Kisah Pohon Tembaga

Arbi Anugrah
Sejarah dan Asal Usul Banyumas, Konon Berasal dari Kisah Pohon Tembaga. Foto: Tangkapan layar YouTube Ada Wong Ndeso

Kemudian Adipati Wargo Utomo ke II mulai mencari pohon tembaga berdasarkan wangsit yang ia dengar dan menuju ke arah barat laut dari Desa Kejawar yang kala itu masih berupa rawa.

"Di rawa ini terdapat banyak pohon-pohon, sehingga disebut hutan. Anehnya, Adipati Wargo Utomo ke II, bersama orangtua angkat dan para pengikutnya dari Wirasaba bisa menunjuk dan bisa memastikan bahwa inilah pohon tembaga," ungkapnya.

Menurut Eyang Gito, setelah dipastikan itulah pohon tembaga, maka Adipati wargo Utomo ke II bersama rakyatnya kemudian beramai ramai babad tempat tersebut. "Lumpur rawanya dibuang, dikeringkan. Pohon-pohon yang ada ditebangi semuanya, kecuali pohon yang ditunjuk tadi (pohon tembaga)," ucapnya.

Selesai pembabatan hutan pada tahun 1571 dari tempat yang semula rawa dan hutan itu menjadi tanah yang kering dan bisa dihuni. Karena wilayah tersebut dibawah Kesultanan Pajang, maka Adipati wargo Utomo ke II lalu melapor ke pajang. Maka berdirilah Kadipaten Banyumas kala itu.

"Setelah Adipati wargo Utomo ke II dinobatkan dan mendapatkan wangsit, untuk membuka tempat baru yang ada pohon tembaganya (asal usul kadipaten Banyumas). Jadi kerajaan, karena Adipati itu raja dan punya angkatan perang serta punya Patih juga," ujarnya.

Kisah Pohon Tembaga Satu-satunya di Indonesia

Eyang Gito juga menceritakan saat dirinya berusia 9 tahun, pohon tersebut sudah ada dan masih tegak berdiri hingga saat ini. Ia bahkan sering bermain dan mencari jangkrik di sekitar pohon yang memiliki diameter 30 centimeter dengan tinggi lebih dari 10 meter ini.

Pohon tembaga tumbuh bersebelahan dengan pohon nagasari, di Desa Pekunden, Kecamatan Banyumas dan tidak pernah berubah sedikitpun, termasuk tinggi serta bentuknya. Namun ketika musim kemarau tiba, pohon tembaga akan berubah warna menjadi kuning layaknya tembaga, daunnya juga akan rontok hingga menyerupai kayu bakar, tapi akan kembali tumbuh saat musim hujan.

Pohon tembaga yang berada di kompleks pemakaman tersebut, diungkapkan Eyang Gito tidak pernah berbunga, dan tidak memiliki biji. Sehingga pohon tersebut tidak dapat dikembangkan.

Editor : Arbi Anugrah

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network