PURBALINGGA, iNewsPurwokerto.id - Kapan terakhir kali anda mendongengkan sebuah cerita kepada anak ataupun mungkin cucu anda ? Dongeng yang berhiaskan dunia fabel ataupun cerita lainnya yang sarat dengan moral dan budi pekerti luhur.
Nah, upaya itu dilakukan Kie Art sebuah kelompok seni pemuda di Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang Purbalingga. Yakni menggelar wayang kartun.
Pegiat Kie Art datau Kelompok Pemuda kie Seni, Gita Thomdean, penyelenggaraan wayang kartun untuk pertama kali bertepatan dengan Hari Peringatan Dongeng Sedunia.
“Harapannya menjadi momen kebangkitan bagi dongeng nusantara, mengajak seluruh manusia nusantara mengenal kembali dongeng dongeng yang berasal dari daerahnya. Selain itu, menggali mengerti dan melestarikannya kembali ke generasi muda kini. Pergerakan ini sengaja dibalut dengan pagelaran wayang yang juga menghadapi problematika yang hampir sama dimana antusiasme para generasi muda mengalami penurunan dalam menikmati sebuah pagelaran wayang atau bahkan sebagai pelakunya,”kata Gita.
Pageran wayang kartun yang telah berlangsung akhir pekan lalu, salah satunya mendorong budaya dongeng di masyarakat, sehingga pagelaran dibarengkan dengan Hari Dongeng Internasional
Menurut Gita, mendongeng dengan menghabiskan waktu dalam balutan emosional yang sangat erat ketika sebuah dongeng terlantun ada sedih, suka atapun gembira sehingga sangat terjalin erat hubungan akan orang tua dan anaknya.
Tradisi mendongeng ini dulu masih kerap dilakukan dan dipercaya salah satunya dapat membentuk kepribadian dan karakter dari seorang anak.
Hal ini karena adannya kekonsistensian orang tua melakukannya yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang dipelajari dan diimplementasikan.
“Bahkan ketika dongeng dibacakan saat sebelum tidur yang akan lebih membantu masuk ke dalam bawah sadar si anak sehingga dapat merekamnya dengan mudah,”papar Gita.
Gita juga mengemukakan tradisi mendongeng sebenarnya sudah diwariskan oleh leluhur kita secara turun temurun dari jaman kerajaan, dan menjadi pelipur lara bagi Raja dan biasanya pendongeng sendiri memiliki perlakuan khusus.
Dan sebagian dongeng–dongeng Nusantara tersebut telah terukirkan di candi candi Nusantara dan juga beberapa pararaton.
Kini Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan Kemendikbud mencatat ada 945 cerita rakyat di 34 provinsi. Jumlah itu terdiri atas 465 dongeng, 385 legenda, dan 95 mite. Dapat terlihat bahwa jumlah terbanyak adalah dongeng.
Suasana pagelaran wayang kartun. (Foto: Istimewa)
Di tempat yang sama, Selamet Santosa yang juga pegiat Seni Kie Art mengatakan pagelaran wayang kartun yang dilakukan di Cartoon Village Sidareja merupakan salah identitas seni yang menjadi kekhasan di desa ini.
Slamet yang juga menjadi dalang kartun ini menjelaskan bahwa dirinya bersama dengan Kelompok Pemuda Kie Seni tetap berusaha mengadaptasi dan mempertahankan beberapa pakem atau pathokan dalam pewayangan seperti penggunaan pakeliran, adanya panayagan atau penabuh gamelan, tetap mempertahankan adanya sulukan, suwukan gendhing, proses jejeran wayang, serta tak lupa keberadaan tumpeng sebagai wujud keselamatan. Tak ketinggalan pengiring gamelan dengan Kie Karawitan Ageng yang di koordinatori oleh Laela Nindya Lasyarika dan Adam Fauzi Guntar.
Wayang kartun yang mengangkat lakon Dongeng 113 tahun Ujungan Sidareja ini bercerita mengenai asal usul Desa Sidareja pada jaman dahulu .
Adapun asal usul ini juga masih dalam proses penjajakan dan pengumpulan datanya hingga semakin memperjelas sejarah masa lalu. Karena masih 60% Data yang terkumpul maka di bangunlah sebuah Dongeng yang terkonsepkan dengan permulaan yang jenaka adanya perselisihan wanita dikedua desa yang saling bersiteru antara penjaja Ondol dan Ciwel yang merupakan makanan tradisional dari ketela pohon.
Dalam dongeng ini juga terselipkan edukasi edukasi tentang makanan tradisional lengkap dengan filosofinya.
Gita sebagai penyusun cerita Dongeng ini yang disempurnakan dan dialihbahaskan dalam bahasa jawa ngapak, alus dan ngoko oleh Slamet Santosa selaku dalang dan Admin Budiarjo selaku pembina karawitan. Mereka berdua saling bersinergi dalam menggubah sulukan yang juga menjadi bagian penting dalam wayang ini.
Dua lagu ciptaan Admin Budiarjo selaku Pembina karawitanpun ikut melantun “Mbangun Deso “ dan “Cartoon Village Sidareja”
Dengan pagelaran wayang kartun, maka lahirlah satu lagi Kelompok Seni Kie Basa yang nantinya akan focus berorientasi pada pemberlajaran bahasa Jawa, tulisan Jawa, unggah ungguh adat Jawa, yang nantinya berharap anak anak akan kembali lagi secara fasih menggunakan bahasa Jawa.
Selain juga diselingi dengan sesi limbukkan dengan meminta penari lengger menari dari yang dipersembahkan oleh Kelompok Kie Tari, akhirnya wayang dongeng Ujunganpun ditutup dengan perdamaian antar desa, Sidareja yang artinya sejahtera.
Yang menarik adalah pembukaan diresmikan oleh Weye Haryanto. Dia dulunya adalah seorang kurator dari Museum Basuki Abdullah.
Kelompok Pemuda Seni lainnya juga menggelar pameran lukisan dengan judul “Dongeng Nusantara“ yang digelar hingga tanggal 11-20 Maret mendatang.
Slamet mengatakan bahwa kali ini karya dari Pemuda Seni mengangkat beberapa dongeng Nusantara dari beberapa daerah di Indonesia yang penuh dengan edukasi moral yang baik seperti Dewi Tantri dan dongengnya, Keong Mas, Timun Mas, dongeng Persahabatan Sapi an Sang Raja Hutan, Sasakala Gunung Kendang, Purbasari dan Purbararang.
Pagelaran wayang kartun yang dilakukan didesa terpencil ini, menarik perhatian sejumlah pengunjung dari Ibu Kota, Bandung dan Yogyakarta.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait