SOLO, iNewsPurwokerto.id – ASEAN Panji Festival tahun 2023 resmi berakhir pada Rabu (25/10) kemarin di Balai Kota Surakarta, setelah hampir tiga pekan digelar. Penutupan festival berlangsung meriah, dihadiri oleh ribuan penonton yang antusias menyaksikan kolaborasi seniman lokal Surakarta dengan delapan negara ASEAN.
Pada malam penutupan ASEAN Panji Festival ini, seluruh delegasi dari Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam yang merupakan seniman dari negaranya berkolaborasi dengan seniman Surakarta menyajikan pertunjukan epik Cerita Panji dalam Lakon "Panji Semirang''. Tampak tak sedikit dari penonton yang hadir dengan mengenakan kebaya, batik, lurik, dan blangkon, menantikan pementasan Cerita “Panji Semirang”.
Cerita Panji Semirang sendiri bercerita pada lika-liku percintaan, pengembaraan, perjuangan, dan persatuan antara Raden Panji Asmarabangun atau Raden Panji Inu Kertapati, putra mahkota Kerajaan Jenggala dengan Dewi Sekartaji atau Dewi Candrakirana dari Kerajaan Panjalu atau Kadiri. Masing-masing negara bergantian memainkan adegan demi adegan yang menjadi satu cerita utuh.
Delegasi Laos menjadi yang paling pertama tampil. Disusul oleh delegasi Kamboja, Myanmar, Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, Indonesia, dan Singapura.
Satu per satu negara menyajikan pertunjukan dengan ciri khas masing-masing, mulai dari tarian, musik, riasan wajah, hingga kostum yang mereka kenakan. Selama pertunjukan berlangsung, penonton sangat antusias mengikuti jalannya cerita. Mereka tak beranjak hingga pertunjukan berakhir.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti, mengatakan jika pada tanggal 7 sampai 25 Oktober, pertunjukan kolaborasi Panji dari sembilan negara ditampilkan dengan memesona.
"Seni yang menakjubkan, dan pertukaran budaya yang tak ternilai. ASEAN Panji Festival adalah refleksi dari warisan panjang dan beragam yang dimiliki oleh negara-negara ASEAN, dan kesempatan bagi kita semua untuk merayakan kekayaan tersebut," kata Irini dalam keterangannya, Kamis (26/10/2023).
Irini menyampaikan bahwa ASEAN Panji Festival tidak hanya merupakan wadah bagi negara-negara yang tergabung untuk berbagi keunikan budaya Panji yang dimiliki masing-masing, tetapi juga kesempatan untuk menguatkan keterhubungan, pemahaman, dan perdamaian.
“Dalam masa-masa sulit seperti yang kita alami selama pandemi COVID-19, kita telah menyaksikan bagaimana kerja sama regional dapat menjadi alat yang kuat dalam menjawab tantangan bersama. Melalui festival ini, kita telah menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah satu ASEAN yang tangguh dan bersatu,” ujarnya.
Kegiatan ini sendiri diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan komunitas. ASEAN Panji Festival digelar di lima kota secara berurutan, diantaranya seperti Yogyakarta, Kediri, Malang, Surabaya dan Pasuruan, serta Surakarta, sejak tanggal 7 - 25 Oktober 2023.
Keragaman turunan kisah Panji menjadi kekayaan budaya yang seharusnya tetap lestari. Peninggalannya tidak hanya berupa artefak yang tertuang dalam berbagai relief di candi-candi, tetapi juga beragam jenis kesenian. Salah satunya adalah topeng Panji yang berkembang di berbagai wilayah.
Heri Priyatmoko, Dosen Sejarah Universitas Sanatha Dharma sekaligus Founder Komunitas Solo Societeit mengatakan, Panji merupakan salah satu kekayaan sejarah dan budaya yang benar-benar orisinil yang lahir dan berangkat dari Jawa Timur.
“Karena kebesaran Majapahit, cerita ini dibawa sampai ke luar Nusantara, mulai dari Thailand, Kamboja, Filipina, dan Malaysia. Sebaran Cerita Panji ini wujud dari pengaruh dan kebesaran dari kerajaan yang ada di Nusantara. Cerita itu dikemas dan dipoles dengan kepentingan lokal masing-masing,” pungkasnya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait