PARIS,iNews.id - Pemerintah Prancis sangat murka setelah staf diplomatiknya di Rafah, Jalur Gaza, tewas akibat serangan udara Israel.
Seorang diplomat pria yang belum diidentifikasi namanya berlindung di rumah rekannya saat bangunan tersebut diserang oleh militer Zionis Israel pada Rabu lalu.
Menteri Luar Negeri Prancis, Catherine Colonna, menyerukan gencatan senjata "segera dan tahan lama" setelah kunjungan resmi ke Israel pada hari Minggu. Dia juga menyampaikan keprihatinannya atas meningkatnya jumlah korban warga sipil Palestina di Gaza selama operasi militer Israel.
Kementerian Luar Negeri Prancis menyatakan bahwa salah satu staf diplomatik mereka meninggal akibat luka-lukanya akibat serangan udara Israel. Prancis mengutuk pengeboman terhadap bangunan tempat tinggal yang menyebabkan banyak kematian warga sipil lainnya.
Paris mendesak pihak berwenang Israel untuk segera menjelaskan kejadian serangan mematikan tersebut. Dalam pertemuan dengan pejabat Israel, Eli Cohen, Colonna menyesali tingginya jumlah warga sipil yang tewas di Gaza oleh militer Israel.
Menurut pejabat kesehatan Gaza, serangan udara dan darat Israel telah menyebabkan hampir 19.000 warga Palestina tewas, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, termasuk banyak anak-anak.
Pada Jumat, Kementerian Luar Negeri Prancis bersama dengan beberapa negara lain meningkatkan kewaspadaan terhadap meningkatnya kekerasan oleh pemukim ekstremis Yahudi terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Mereka juga menuduh pemerintah Israel menciptakan "lingkungan yang nyaris impunitas" dengan tidak mengadili para pemukim Yahudi, yang mengancam prospek perdamaian abadi di kawasan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron sebelumnya meminta Israel untuk "mendefinisikan dengan lebih tepat" tujuan akhir mereka di Gaza, sementara memperingatkan bahwa upaya untuk melenyapkan Hamas dapat memperpanjang konflik selama satu dekade penuh.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait