PURWOREJO, iNews.id - Para mahasiswa dan pemuda menggelar aksi Kamisan Purworejo di bawah tugu perempatan kantor pos Alun-alun Purworejo.
Mereka membentangkan spanduk bertuliskan Purworejo sedang tidak baik-baik saja. Massa pengunjuk rasa berasal dari berbagai latar belakang. ada yang mahasiswa pekerja hingga aktivis pemuda yang memiliki kegelisahan yang sama terkait ragam persoalan di Purworejo.
Aksi digelar sebagai bentuk dukungan dan solidaritas terhadap warga Desa Wadas. Meski aksi hanya dilakukan oleh segelintir orang, saat aksi berlangsung, tidak ada kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang melintas. Akses kendaraan yang hendak melintas ke arah alun-alun dialihkan oleh aparat Kepolisian melewati jalur lain.
Koordinator aksi Nashih Mi' rojul Fikri merasa bahwa respons penutupan jalur tersebut merupakan bentuk dari upaya pembungkaman dengan cara halus.
“Namun hal itu tidak menyurutkan langkah rekan-rekan untuk tetap berorasi menyuarakan keadilan bagi masyarakat Wadas,” katanya, Kamis (10/2/2022) sore.
Menurutnya, aksi ini merupakan bentuk solidaritas terhadap saudara-saudara mereka yang hingga kini masih gigih berjuang mempertahankan tanahnya yang akan di eksploitasi untuk pembangunan bendungan bener yakni di Desa Wadas, Kecamatan Bener.
“Kami nengutuk keras tindakan represif berupa teror maupun intimidasi terhadap warga desa wadas yang terus berjuang mempertahankan tanah milik mereka sendiri,” katanya.
Selain itu, pengunjuk rasa merasa prihatin atas tindakan kesewenang-wenangan tersebut tidak boleh terulang kembali. Pasalnya semuanya ia yakin memiliki keinginan yang sama yakni kehidupan yang aman dan damai.
“Mereka sama sekali tidak menolak adanya proyek bendungan Bener, namun pelaksanaannya harus sesuai dengan mekanisme aturan perundang-undangan yang berlaku. Adanya amdal yang tidak melibatkan warga sebagai pemilik sah lahan yang akan di eksploitasi,” ujar Rojul.
Aksi akan terus digelar selama ketidakadilan masih dirasakan oleh masyarakat Purworejo khususnya warga Wadas serta masyarakat terdampak proyek bendungan Bener. Dia mengatakan, dalam kasus agraria warga selalu menjadi korban, warga yang mendukung dan menolak selalu ditempatkan di posisi saling berhadapan, konflik horizontal yang terjadi kadang justru lebih menyakitkan dibandingkan proses pembebasan tanah itu sendiri.
“Kami berharap permasalahan di Wadas bisa segera selesai dengan kebijakan yang tidak mencederai keadilan bagi warga. Intinya warga sangat rindu perhatian pemerintah, angan hanya mengandalkan kepolisian di depan yang kadang justru kontra produktif ketika berhadapan dengan warga,”katanya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait