Musikalisasi Wayang Barzanji, Hadirkan Kisah Nabi dalam Balutan Seni Tradisi

Arbi Anugrah
Musikalisasi Wayang Barzanji, Hadirkan Kisah Nabi dalam Balutan Seni Tradisi. Foto: Istimewa

Salah satu pemain di pentas acara Mahabbah, Fathul Mungin (54), menyatakan rasa antusiasmenya terhadap penyelenggaraan musikalisasi barzanji dan wayang santri. Menurutnya, kegiatan ini merupakan bentuk kreativitas yang positif. Mungin menceritakan bahwa kebiasaan barzanji muncul secara alami, di mana ia dan rekan-rekannya pada tahun 1980-an sering melakukan shalawatan barzanji sebelum melakukan aktivitas kewargaan, seperti bermain tenis meja atau ronda di poskamling.

“Saya memang sejak mondok hobi baca seni baca Al-Qur’an,” kata Mungin yang pernah menempuh ilmu agama di sejumlah pondok pesantren yakni Al-Firdaus, Sidareja, Cilacap, Ponpes Al-Ijtihad Watafwid, Langensari, Banjarpatroman dan Ponpes Al-Ihwaniyyah, Jember.

Fathul Mungin berperan sebagai pembaca barzanji dalam acara Mahabbah. Di desanya, ia aktif sebagai penjahit dan sering memberikan khotbah pada hari Jum'at serta mengisi pengajian dalam acara-acara hajatan warga. Dalam pentas Mahabbah, para pelaku yang terlibat terdiri dari Grup Barzanji Nyawiji dan hadrah Saljul Qulub, yang memiliki latar belakang beragam, termasuk ulama, petani, pedagang, dan pelajar.

Dalang pertunjukan Mahabbah, Ahmad Nafis Jauhari (18) menyatakan bahwa ia memperoleh pengalaman baru melalui pertunjukan musikalisasi barzanji dan wayang santri. Sebagai seorang dalang, ia mengakui perlunya beradaptasi karena harus menyampaikan kisah nabi melalui karakter imajiner, yaitu santri bernama Amongrasa, yang sebelumnya merupakan seorang pengembara dan kemudian memilih untuk hidup sebagai pengembala di sebuah desa. Ia juga menambahkan bahwa pentas ini memberikan kesempatan baginya untuk melatih mental sebagai dalang muda.

“Hampir satu bulan kami latihan. Saya menggunakan suara Arjuna sebagai suara Amongrasa, agar cerita tersampaikan secara lembut,” kata Nafis yang baru lulus dari SMK negeri 3 Banyumas di jurusan pedalangan ini.

Pertunjukan musikalisasi barzanji dan wayang santri ini dapat dianggap sebagai upaya pribumisasi Islam melalui pendekatan budaya. Praktik perpaduan antara dakwah agama dan ekspresi seni dari budaya lokal ini memiliki sejarah yang panjang di wilayah Nusantara.

Sunan Kalijaga contohnya, melakukan dakwah melalui seni wayang kulit. Demikian pula, Sunan Bonang menyebarkan ajaran Islam dengan menciptakan kidung dan mengaransemen musik gamelan menjadi sebuah orkestra yang bersifat meditatif dan kontemplatif, dengan menambahkan instrumen baru seperti rebab Arab atau kempul Campa yang dikenal sebagai Bonang.

Praktik asimilasi budaya antara agama Islam dan budaya Jawa yang dilakukan oleh para ulama menunjukkan bahwa sejarah Islamisasi di nusantara tidak bertentangan dengan penggunaan tradisi lokal sebagai sarana dakwah.

Editor : Arbi Anugrah

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network