GAZA, iNewsPurwokerto.id - Sebuah organisasi di Israel melaporkan bahwa permintaan dukungan psikologis dari dokter jiwa dan psikolog di wilayah utara yang diduduki meningkat sebesar 30 persen dalam dua hari terakhir.
Menurut Asosiasi Eran, yang memberikan "pertolongan pertama psikologis," Channel 12 melaporkan bahwa peningkatan ini disebabkan oleh "serangan panik" akibat intensifikasi baku tembak dengan kelompok Hizbullah dari Lebanon.
Sebelumnya, Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa sirene serangan udara dibunyikan di sebagian besar permukiman di utara Israel, terutama di Atlit, yang mengalami hal ini untuk pertama kalinya sejak 2014, karena kekhawatiran akan pesawat nirawak yang diluncurkan dari Lebanon.
Menurut militer Israel, tiga pesawat nirawak telah berhasil memasuki wilayah udaranya, sementara yang lain berhasil dicegat, mendorong mereka untuk menyelidiki masalah tersebut, mengingat permukiman Atlit menjadi markas besar pangkalan angkatan laut militer Shayetet 13.
Saluran tersebut menyatakan, "Sepertinya ada kenyataan baru bagi ratusan ribu penduduk di utara (Israel)."
Saluran itu juga mengutip Ofer Yehezkeli, wakil walikota Qiryat Shemona di utara Israel, yang mengatakan bahwa "Sekolah-sekolah tetap ditutup setelah sirene berbunyi terus-menerus, dan sejak Selasa pagi, 20 orang dengan luka ringan dan sedang telah dibawa ke rumah sakit."
Sejak Senin pagi, militer Israel telah melancarkan serangan "paling keras dan luas" di Lebanon sejak awal konfrontasi dengan Hizbullah sekitar setahun lalu, yang mengakibatkan 558 orang tewas dan 1.835 lainnya terluka, termasuk anak-anak dan wanita.
Kelompok Lebanon dan Palestina di Lebanon, terutama Hizbullah, telah terlibat baku tembak setiap hari dengan militer Israel di seberang Garis Biru (Gencatan Senjata) sejak 8 Oktober tahun lalu, mengakibatkan ratusan orang tewas dan terluka, terutama di pihak Lebanon.
Kelompok-kelompok tersebut menuntut diakhirinya perang yang dilancarkan Israel dengan dukungan AS di Jalur Gaza sejak 7 Oktober. Perang Israel telah mengakibatkan 41.500 warga Palestina tewas, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, serta melukai 96.000 lainnya.
Diperkirakan 11.000 orang hilang, diduga tewas, di bawah reruntuhan rumah dan infrastruktur sipil lainnya yang dihancurkan oleh Israel.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait