Harga Kedelai Melambung, Pengrajin: Bakul Tempe pada Lemes

Agustinus Yoga Primantoro
Tukinah (60), seorang pengrajin tempe berbasis industri rumahan juga turut merasakan dampak dari kenaikan harga kedelai. (Foto : Agustinus Yoga Primantoro)

Banyumas, iNews.id - Kenaikan harga kedelai sangat berdampak bagi para pengrajin tempe tak terkecuali di Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas. Sebagai pusat produksi tempe di Kabupaten Banyumas, mayoritas warga Desa Pliken adalah pengrajin tempe yang turut mengeluhkan harga kedelai yang terus melejit, bahkan tak jarang ada pula yang terpaksa gulung tikar.

Tukinah (60), seorang pengrajin tempe berbasis industri rumahan juga turut merasakan dampak dari kenaikan harga kedelai. Ia membenarkan bahwa harga kedelai di pasaran telah jauh melambung tinggi. 

"Iya naik, sebelum pandemi harganya perkilo Rp 7 ribu, sekarang udah Rp12 ribu," ujar Tukinah pada Inews Purwokerto, Rabu (9/2/2022).


Kenaikan harga kedelai sangat berdampak bagi para pengrajin tempe tak terkecuali di Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas. (Foto : Agustinus Yoga Primantoro)

Selain itu, kenaikan harga kedelai juga membuat para pengrajin tempe yang modalnya terbatas berpotensi gulung tikar. Sukri (28), anak Tukinah yang juga menjadi seorang pengrajin tempe, mengatakan bahwa tidak hanya harga kedelai yang naik, kebutuhan lain dalam produksi tempe, seperti, daun pisang, tali pengikat (berbahan pelepah pisang), dan kertas juga turut naik.

 "Ben dina gawene 20 kg, di bawah 20 kg, dijamin gulung tikar. Tipis banget lewihe mas. Kecuali nek sing bendinane masak 30 kg, 40 kg mendinglah ana sisane bisa nggo madhang. Kadang juga malah nomboki koh (Setiap hari mengolah 20 kg kedelai, atau di bawah itu, dijamin akan gulung tikar. Untungnya tipis mas. Kecuali mereka yang tiap harinya minimal mengolah 30-40 kg, itu mending, untungnya masih bisa untuk kebutuhan pangan. Bahkan, kadang kita sampe keluar uang sendiri di luar keuntungan jual tempe untuk kebutuhan sehari-hari)," jelas Sukri.

Tukinah dan Sukri berharap agar pemerintah bisa turun tangan untuk mengambil kebijakan terkait kenaikan harga kedelai.

Hal serupa juga dituturkan oleh Kusworo (55), pemilik kios sembako yang menjadi salah satu supplier kedelai di Desa Pliken. Dimana para penjual tempe sudah kewalahan jika pemerintah tidak turun tangan terkait harga kedelai.

"Yang jelas, bakul (penjual) tempe sudah pada lemes. Kalau pemerintah nggak turun tangan ya (harga kedelai) bakal naik terus, bukan lagi cuma naik," tutur Kusworo.

 

 

Editor : Aryo Arbi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network