Digempur Rusia, Presiden Ukraina Zelensky Melunak Tak Ngotot Lagi Gabung NATO

Anton Suhartono
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebut Ukraina tak ngotot lagi jadi anggota NATO (Foto: Ist).

WASHINGTON, iNews.id - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melunak dan menegaskan jika negaranya tak akan terus meminta untuk diterima sebagai anggota NATO. Salah satu alasan Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari lalu setelah permintaan negara tersebut menjadi anggota NATO.

Rusia tidak ingin tetangganya itu bergabung dengan NATO, aliansi transatlantik yang dibentuk pada awal Perang Dingin untuk melindungi Eropa dari Uni Soviet.

Menurut presiden yang juga mantan komedian itu, ada banyak kendala yang menjadi penghalang NATO menerima keanggotaan negaranya.

"Saya sudah tenang menanggapi pertanyaan ini sejak lama, setelah kami menyadari bahwa NATO tidak siap untuk menerima Ukraina," kata Zelensky, dalam wawancara dengan ABC News yang disiarkan pada Senin (7/3/2022) malam, seperti dilaporkan kembali AFP.

Dia menjelaskan, NATO cenderung menghindari konfrontasi langsung dengan Rusia. Itu menjadi kendala mengingat Ukraina yang juga bekas pecahan Uni Soviet sedang berada dalam ketegangan terkait Krimea dan Donbass.

Lebih lanjut Zelensky mengatakan, sebagai presiden, dia tak ingin memohon dengan cara berlutut agar Ukraina diterima sebagai anggota NATO.

Dalam beberapa tahun terakhir, NATO mengembangkan sayapnya dengan menjangkau lebih jauh ke timur untuk merangkul negara-negara bekas pecahan Soviet. Ini yang membuat Rusia semakin marah. Rusia menilai berkembangnya NATO sebagai ancaman. Aliansi militer para sekutu Barat seperti sudah berada di depan pintu.

Dalam wawancara itu Zelensky juga menegaskan Ukraina terbuka untuk berkompromi dengan Rusia soal status dua wilayah yang memisahkan diri yakni Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR). Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah itu beberapa hari sebelum memerintahkan operasi militer khusus ke Ukraina.

Kedua wilayah itu berperang dengan pemerintah Ukraina sejak 2014 atau setelah Rusia mencaplok Krimea.

Putin ingin Ukraina mengakui DPR dan LPR sebagai negara berdaulat dan merdeka.

"Saya berbicara tentang jaminan keamanan," katanya, menjelaskan siap berkompromi soal status dua wilayah itu.

 

 

Editor : Arbi Anugrah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network