JAKARTA, iNews.id – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto membuka masa lalu karir militernya pada saat diterjunkan dalam operasi pertempuran di Timor Timur (Timtim).
Di lokasi medan perang, Prabowo belajar banyak pada para senior, termasuk sosok yang dihormatinya, Jenderal TNI (Pur) Abdullah Mahmud Hendropriyono.
Dia mulai mengenal Hendro di Akademi Militer. Pada waktu itu, dirinya masih Taruna, sementara Hendro Letnan Satu Inf Grup 2 Parako yang bermarkas di Magelang. A
Prabowo mengaku terkesan sejak pertama bertemu. Menurutnya, AM Hendropriyono karismatik, gagah, ganteng dan mampu mengambil simpati.
Terlebih lulusan Akademi Militer Nasional 1967 tersebut juga punya reputasi mumpuni, yakni berhasil dalam operasi penumpasan Paraku/PGRS di Kalimantan Barat
“Sudah itu saya jumpa Pak Hendro di Cijantung. Saya sebagai letnan dua, beliau kapten. Kami sama-sama di Sandi Yudha. Saya waktu itu di Grup 1. Beliau bisa dikatakan mentor. Saya banyak belajar ketentaraan dari Pak Hendro,” kata Prabowo dalam buku biografinya 'Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Pur) Prabowo Subianto', dikutip Jumat (19/8/2021).
Pada 1976, Prabowo bergabung dalam Tim Nanggala 10 untuk memburu kelompok Fretilin di Timtim. Sejumlah rekannya antara lain Letda Inf Sjafrie Sjamsoeddin, Letda Inf Giri, Letda Inf Mahidin Simbolon dan Letnan CHB Juari. Komandan mereka saat itu, Mayor Inf Yunus Yosfiah.
Sementara Hendropriyono tergabung dalam Nanggala 8 yang telah lebih dulu terjun dalam operasi di wilayah itu. Tim Nanggala 8 yang akan digantikan oleh Nanggala 10. Pada masa-masa hendak ditarik pulang itulah Hendropriyono banyak mengajarkan ilmu kepada Prabowo.
Mantan kepala BIN tersebut mengajarkan bagaimana menggalang dan mendapatkan simpati dari rakyat.
Hendro juga mengenalkan Prabowo kepada tokoh-tokoh pejuang pro Merah Putih di Timtim. “Cari orang-orang yang berpengaruh dan orang-orang yang berpihak pada kita. Tidak mungkin kita beroperasi tanpa dukungan orang-orang tersebut,” kata Hendro, ditirukan Prabowo.
Dari situlah Prabowo lantas dikenalkan kepada sejumlah figur penting antara lain Abilio Jose Osorio Soares dan adiknya, Francisco Deodato do Rosario Osorio Soares. Selain itu, Vidal Domingos Doutel Sarmento.
Mantan Danjen Kopassus ini menceritakan, sejak puluhan tahun di Timtim ternyata ada kelompok yang ingin bergabung dengan Indonesia. Mereka melawan dan membenci kolonialisme Portugis.
Karena dikenalkan Hendro, Prabowo mengaku banyak menerima bantuan dari partisan (pro Merah Putih) sehingga pelaksanaan operasi di Timtim berjalan lancar. Prabowo tak segan menyebut dirinya banyak belajar dari Hendro, terutama operasi intelijen.
Dia juga menyebut Hendro sebagai guru. “Di bidang intelijen, tidak banyak orang punya kemampuan mendekati dan meyakinkan orang seperti Hendropriyono. Dia juga punya kreativitas yang sangat tinggi dan berani berpikir out of the box,” kata mantan Pangkostrad ini.
Profil AM Hendropriyono
Lahir: Yogyakarta, 7 Mei 1945
Pendidikan: Akademi Militer Nasional 1967
Karier Militer:
1968-1972 - Komandan Peleton Puspassus AD (Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat) di Magelang
1972-1974 - Komandan Kompi Prayudha Kopassandha (Komando Pasukan Sandi Yudha)
1981-1983 - Komandan Detasemen Tempur 13
1983-1985 - Wakil Asisten Personel Kopasandha merangkap sebagai Wakil Asisten Operasi 1985-1987 - Asisten Intelijen Kodam Jayakarta
1987-1991 - Danrem 043/Garuda Hitam Lampung
1991-1993 - Direktur D Badan Intelijen Strategis ABRI
1993-1994 - Direktur A Badan Intelijen Strategis ABRI
1993-1994 - Panglima Kodam Jayakarta
1994-1996 - Komandan Kodiklat TNI AD
Karier Sipil
- Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Republik Indonesia, 1998-1999
- Kepala BIN, 2001-2004
Karier Politik
- Ketua Umum PKPI, 2016-2018
Editor : Elde Joyosemito
Artikel Terkait