“Perlu kerja sama nyata antara masyarakat, pemerintah dan komunitas pecinta lingkungan untuk menghentikan kerusakan yang terus terjadi,” katanya.
Imam Hidayat, warga Desa Tanalum yang berbatasan langsung dengan kawasan Sisik Naga, juga mengungkapkan kesedihannya atas perubahan yang terjadi. "Dulu saya bisa dengan mudah melihat satwa liar di sekeliling rumah saya, kini semakin jarang dan semakin terdesak jauh ke dalam hutan," ujarnya.
Mewakili Bupati Purbalingga, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Mukodam menyampaikan dukungan pemerintah terhadap gerakan pelestarian ini. "Kita mengapresiasi kegiatan ini dan semoga langkah nyata yang akan dilakukan bisa mewariskan hutan yang lestari bagi anak cucu kita," ujarnya.
Ratusan peserta dari berbagai komunitas dan pegiat alam hadir dalam acara tersebut dan menyatakan komitmen untuk menjaga kelestarian Hutan Sisik Naga. Sebagai tindak lanjut, spanduk dan plang bertuliskan Stop Perburuan Flora dan Fauna, Perambahan serta Penebangan Hutan akan dipasang di desa-desa sekitar hutan. Program edukasi dan pendampingan masyarakat juga akan digelar untuk membangun kesadaran bersama.
Sebagai informasi, dua kali Ekspedisi Sisik Naga pada pada tahun 2020 dan 2024 telah mencatat kekayaan hayati luar biasa di kawasan ini. Sedikitnya 68 jenis burung, berbagai spesies mamalia, primata, amfibi, dan ratusan jenis flora hidup di sana.
Beberapa satwa yang tercatat sebagai dilindungi di antaranya Elang Jawa, Julang Emas, Macan Tutul, Owa Jawa, hingga Trenggiling. Sementara di kelompok flora, ditemukan Rizanthes zipellii, bunga langka sekeluarga dengan Rafflesia yang sempat menjadi sorotan nasional.
“Salam lestari. Lestari alamku, lestari hutanku, lestari Indonesiaku,” pungkas Gunanto dalam penutupan aksinya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait