Di setiap booth, petugas BI turut memberikan edukasi kepada pengunjung mengenai cara menggunakan QRIS multi-channel serta informasi seputar program Cinta, Bangga, Paham (CBP) Rupiah dan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR). Langkah ini merupakan bagian dari upaya BI dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat di tengah momentum pariwisata dan ekonomi kreatif daerah.
“Literasi keuangan bukan hanya soal mengenal produk perbankan, tapi juga memahami keaslian uang dan hak konsumen. Itulah kenapa edukasi CBP dan CIKUR kami gelar paralel dengan promosi UMKM,” jelas Christoveny.
FGS, yang menggabungkan acara budaya, musik, dan olahraga alam, diharapkan menarik wisatawan.
Christoveny memproyeksikan dampak ganda: “Pertama, memperluas akses pasar UMKM unggulan. Kedua, menambah volume transaksi digital yang selama ini tumbuh rata‑rata 30 persen per tahun di wilayah kami.”
Menurut data internal BI Purwokerto, jumlah merchant QRIS di eks‑Karesidenan Banyumas telah menembus 145 ribu—naik 27 persen dibanding tahun lalu. Festival seperti FGS dinilai menjadi lokomotif percepatan digitalisasi sistem pembayaran di sektor riil.
Christoveny menegaskan, kolaborasi dengan pemerintah daerah, pelaku pariwisata, dan komunitas kreatif akan terus diperkuat. “Kami ingin mewujudkan ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang inklusif. Dengan sinergi lintas‑sektor, pertumbuhan tidak hanya lebih cepat, tapi juga merata,” katanya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait