JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono menyampaikan rasa bangganya karena Kabupaten Banyumas terpilih sebagai daerah pertama di Indonesia yang menerima bantuan dana internasional dalam program Seed Grant – Smart Green Asean Cities (SGAC) dari United Nations Capital Development Fund (UNCDF). Dana bantuan yang diterima Banyumas sebesar USD 150.000.
“Kami sangat bangga Banyumas menjadi penerima pertama dana ini. Terima kasih atas dukungan yang diberikan. Dana ini akan kami manfaatkan sebaik-baiknya untuk pengelolaan sampah dan lingkungan,” ujar Sadewo dalam Launching Program Seed Grant – SGAC dan Signing Agreement Ceremony di Jakarta pada Jumat (27/9/2025)
Sadewo menegaskan, capaian ini tidak datang tiba-tiba. Sejak 2018, Banyumas menghadapi kondisi darurat sampah yang terus digaungkan, terutama saat masa pilkada.
Penumpukan sampah kala itu masih bergantung pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang kerap penuh dan ditutup, sehingga mendorong pemerintah mencari sistem baru.
“Kami membangun ekosistem penanganan sampah ala ndeso, dari hulu sampai hilir. Diskusi panjang berlangsung hampir satu tahun. Kami siapkan kelompok swadaya masyarakat (KSM) untuk mengelola sampah,” jelasnya.
Dengan APBD awal sekitar Rp30–Rp40 miliar pada 2018 per tahun, kini Banyumas mampu menekan anggaran menjadi Rp5–Rp10 miliar per tahun.
Salah satu kuncinya adalah pembentukan KSM yang didukung subsidi awal, hingga akhirnya bisa mandiri. Pemerintah juga menyiapkan mesin dan hanggar sebagai fasilitas.
“Sekarang, sampah yang belum terkelola tinggal 23 persen. Target nasional 2029 zero sampah, dan kami berusaha agar sebelum itu bisa tuntas,” tegasnya.
Meski begitu, Sadewo mengakui Banyumas masih membutuhkan tambahan 12 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dengan biaya sekitar Rp6 miliar per unit.
Saat ini, kapasitas pengolahan sudah meningkat signifikan, misalnya mesin pengolahan untuk 10 ton sampah saat sekarang bisa dengan harga Rp1,4 miliar, sehingga lebih efisien.
Bupati juga menyoroti pemanfaatan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) yang disuplai ke pabrik semen.
Namun, kerap muncul kendala ketika pabrik tidak membeli dalam periode tertentu. Untuk mengantisipasi, Sadewo tengah mengembangkan inovasi pengolahan biji plastik kualitas dua yang bisa dipakai untuk pot bunga.
“Intinya kami siap melaksanakan arahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Bapak Presiden. Saya bisa menjamin, keuangan daerah akan mendukung upaya ini. Harapan saya, Banyumas bisa lebih cepat menuju zero sampah,” pungkasnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait
