PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id — Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Banyumas resmi meluncurkan Program Z-Laundry, sebuah inovasi pemberdayaan ekonomi berbasis zakat produktif yang menyasar para mustahik.
Peluncuran 25 titik Z-Laundry dilakukan secara simbolis oleh Ketua BAZNAS Provinsi Jawa Tengah KH Ahmad Darodji di Pondok Pesantren Al Ikhsan Beji, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas.
Ketua BAZNAS Banyumas Khasanatul Mufidah menjelaskan, program ini menjadi langkah strategis dalam mengembangkan potensi zakat produktif agar mampu menciptakan kemandirian ekonomi di kalangan penerima manfaat.
Melalui program tersebut, BAZNAS menyalurkan bantuan modal usaha kepada 25 unit usaha laundry di berbagai wilayah Banyumas dengan total nilai bantuan mencapai Rp555 juta. Setiap penerima manfaat memperoleh Rp22,5 juta, mencakup modal, pelatihan, dan pendampingan usaha.
“Dana itu digunakan untuk pengadaan mesin cuci, pengering, setrika uap, rak, timbangan digital, perlengkapan branding, hingga aplikasi dan promosi di media sosial. Semua sudah lengkap dan siap dijalankan,” ujar Khasanah.
Sebanyak 25 penerima manfaat merupakan hasil seleksi dari 80 peserta yang sebelumnya mengikuti pelatihan kerja sama antara BAZNAS Banyumas dan BAZNAS Jawa Tengah. Menurut Khasanah, program ini akan dievaluasi di tahap pertama sebelum diperluas ke titik-titik lain.
“Tahap pertama ini menjadi bahan evaluasi. Kalau berhasil, kami akan lanjutkan ke wilayah lain karena total peserta pelatihan ada 80 orang,” jelasnya.
Sebagian besar penerima manfaat merupakan pengelola usaha laundry yang sudah berjalan, seperti laundry di pesantren dan panti asuhan. Khasanah menilai potensi pasarnya cukup menjanjikan karena kebutuhan layanan laundry di kalangan santri dan masyarakat terus meningkat.
“Beberapa laundry sudah eksis dan punya pasar jelas, terutama di pesantren. Ada juga yang dikelola oleh kelompok perempuan kepala keluarga,” tambahnya
BAZNAS Banyumas kini menargetkan minimal 50 persen dana zakat produktif disalurkan untuk kegiatan pemberdayaan ekonomi. Khasanah menegaskan, arah kebijakan BAZNAS adalah menjadikan zakat sebagai instrumen yang tidak hanya bersifat konsumtif, tetapi mampu menciptakan kemandirian ekonomi mustahik.
“Kami ingin zakat benar-benar memberdayakan masyarakat, bukan hanya diberikan untuk kebutuhan sementara,” tegasnya.
Salah satu penerima manfaat, Yusuf, pengelola Z-Laundry di Pondok Pesantren Al Ikhsan, mengaku sangat terbantu dengan bantuan dan pelatihan dari BAZNAS. Sebelumnya, usaha laundry di pesantrennya terkendala peralatan yang terbatas.
“Dulu kami hanya punya dua mesin cuci, jadi pelayanan belum maksimal. Setelah dapat bantuan satu mesin cuci dan satu pengering dari BAZNAS, kapasitas kami meningkat. Sekarang omset rata-rata Rp200 ribu per hari, dan bisa naik dengan peralatan baru ini,” ujarnya.
Z-Laundry Al Ikhsan kini juga melayani masyarakat umum dengan tarif antara Rp4.000 hingga Rp6.000 per kilogram, tergantung waktu pengerjaan. Dalam sehari, laundry ini mampu menangani sekitar 50 kilogram cucian dengan tiga tenaga kerja dan satu admin.
“Dengan tambahan alat dan dukungan promosi dari BAZNAS, kami optimistis pelayanan semakin cepat dan pelanggan makin banyak,” tambah Yusuf.          
          
          
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait
