YOGYAKARTA, iNews.id - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengunjungi Kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Yogyakarta, Kamis (5/5/2022), untuk bersilaturahmi.
Dalam pertemuan dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mendiskusikan berbagai persoalan kebangsaan. Tidak lupa juga ada pembahasan persiapan Muktamar Muhammadiyah bulan November 2022.
"Sebenarnya keinginan untuk sowan ke Pak Haedar itu sudah lama tetapi waktu itu masih covid sehingga tertunda. Ya kira-kira hampir tiga bulan lalu. Kebetulan ini saya lagi di Jogja, saya kontak beliau dan Pak Haedar ada waktu. Tadi silaturahmi dan ngobrol-ngobrol, mumpung saya lagi di Jogja sama anak-anak,”jelasnya.
Ada beragam hal yang dibahas dengan Haedar Nashir. Di antaranya masukan tentang ekonomi kecil atau mikro dan usaha kecil menengah (UKM). Bagaimana usaha kecil harus mendapatkan perhatian untuk mendongkrak perekonomian.
"Kedua beliau cerita soal politik pertanian, ini menarik, khususnya politik pangan karena disampaikan ada masalah minyak goreng yang musti diselesaikan meskipun apresiasi juga bagus karena pemerintah bisa tegas. Itu hebat,”ujarnya.
Masalah lain adalah cara menggerakkan ekonomi dengan kekuatan bangsa, khususnya dari anak-anak kandung Indonesia sendiri. Misalnya mengenai beberapa komoditas pertanian seperti bawang, kedelai, garam, dan lainnya.
"Itu menjadi cita-cita yang bagus. Terakhir tentu apa pun yang musti dituju ya sila kelima Pancasila, keadilan sosial itu yang musti diarah. Itu butuh partisipasi seluruh anak bangsa sehingga butuh persatuan. Ya geger-geger yang selama ini rasanya butuh duduk bersama, adem saja sih. Tadi ngobrolnya asyik, adem," kata Ganjar.
Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah, Tafsir, menguatkan beberapa pokok bahasan dalam silaturahmi tersebut. Pertama terkait situasi kebangsaan, di mana ada tukar pandangan antara Haedar Nashir selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan Ganjar Pranowo sebagai perwakilan pemerintah.
"Tukar pandangan tadi salam suasana yang sangat sejuk. Tidak ada sesuatu yang saling bertentangan tetapi yang ada harmoni dari kedua tokoh ini,”ujarnya.
Tafsir mengatakan, pandangan Muhammadiyah sangat jelas mengenai situasi kebangsaan. Seperti sering disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah. Yaitu pemimpin bangsa itu harus berdiri di atas segala golongan. Pemimpin bangsa tidak boleh berpihak pada satu kelompok.
"Kalau istilah Pak Haedar itu, negara tidak boleh bermahzab. Mahzab pemimpin itu ya memayungi semuanya. Itu sudah banyak ditulis oleh Pak Haedar dan itu juga yang disampaikan beliau kepada Pak Ganjar sebagai Gubernur. Itu yang paling pokok,”katanya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait