Sekolah di Tepi Hutan Cilongok: Peluncuran dan Workshop 6 Film Tentang Potret MTs Pakis

Agustinus Yoga Primantoro
Jurusan Sosiologi FISIP Unsoed menggelar acara Peluncuran 6 Film Dokumenter tentang Potret MTs Pakis, Cilongok, Banyumas, pada hari Sabtu (21/05/2022)

PURWOKERTO, iNews.id - Jurusan Sosiologi FISIP Unsoed menggelar acara Peluncuran 6 Film Dokumenter tentang Potret MTs Pakis, Cilongok, Banyumas, pada Sabtu (21/05/2022). 

Bertempat di Auditorium Lantai 3 Gedung FISIP Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, acara ini merupakan rangkaian dari Skema Riset Institusi Unsoed yang dilaksanakan sejak tahun 2020 dengan judul "Model Pemberdayaan Masyarakat Tepian Hutan (Studi Terhadap Komunitas MTs Pakis Di Desa Gunung Lurah, Cilongok, Kab.Banyumas)". 

Acara tersebut dihadiri oleh para dosen Jurusan Sosiologi FISIP Unsoed, pengurus dan relawan serta sejumlah murid dari MTs Pakis.

Hasil riset yang telah dilakukan oleh Jurusan Sosiologi Unsoed tersebut kemudian dirangkum dalam bentuk 6 film dokumenter yang menggambarkan tentang MTs Pakis melalui beberapa perspektif sosiologis. 

Saat ini, Keenam film tersebut telah didaftarkan menjadi Hak Kekayaan Intelektual berbentuk film dokumenter dan juga tercatat melalui Surat Pencatatan Ciptaan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 

Keenam film ini diharapkan mampu memberikan semangat kepada para anak-anak di MTs Pakis dan seluruh anak di Indonesia untuk terus menuntut ilmu dan belajar dalam kondisi  apapun.

Keenam film tersebut, di antaranya berjudul, “Pesona Telaga Kumpe (Pariwisata Berbasis Masyarakat Tepian Hutan di Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok)”, “Bersama Membangun Negeri (Peran Stakeholder dalam Pemberdayaan Masyarakat Tepian Hutan di Bidang Pendidikan)”, dan “Harapan yang Tak Pernah Pudar (MTs Pakis Cilongok, Banyumas Satu Sekolah Harapan Bersama).”

Selain itu adalah,“Anak Miskin Boleh Sekolah (Pengalaman Bersekolah Siswa MTs Pakis Cilongok, Banyumas)”, “Sekolah di Hutan (Praktik Pendidikan Alternatif di MTs Pakis Cilongok, Banyumas)”, serta “Berdamai dengan Sinyal (Perjuangan Sekolah Online pada Siswa Tepian Hutan di MTs Pakis Cilongok, Banyumas)”.

PAKIS sendiri merupakan singkatan dari Piety (Kesalehan), Achievement (Prestasi), Knowledge (Ilmu Pengetahuan), Integrity (Integritas), dan Sincerity (Ikhlas). Semua itu merupakan nilai-nilai yan dihidupi mereka bersama. 

Selain itu, MTS Pakis juga memiliki jargon dalam bahasa lokal (bahasa Banyumasan) “Lakune Nyong Rika Padha” yang berarti tindakan, tingkah laku atau langkah kita bersama. 


Pengelola MTs Pakis memberikan paparan

Adanya MTs Pakis merupakan jawaban atas permasalahan pendidikan yang dialami oleh masyarakat di Kampung Pesawahan, Desa Gununglurah, Cilongok, Banyumas. Jauhnya jarak yang harus ditempuh untuk mencapai sekolah formal menjadikan MTs Pakis sebagai alternatifnya. Selain gratis, dengan adanya MTs Pakis juga turut mengedukasi masyarakat desa yang cenderung terpaksa nikah muda. 

"Kepenginnya anak-anak melanjutkan sekolah, jangan sampai ada yang putus sekolah. Sayang, di usia mereka yang masih muda. Ya, cukuplah saya, menikah muda. 

Ternyata menyesalnya di belakang. Semoga sih, temen-temen yang masih muda, masih produktif, lebih baik kita berkarya, berkreasi," ujar Tri Utami, ibu rumah tangga yang tengah menjalani kejar Paket C dalam film berjudul "Anak Miskin Boleh Sekolah".

Salah satu keunggulan MTs Pakis yang tidak ditemui di sekolah formal lain adalah pembelajaran berbasis Agroforesty. Pembelajaran tersebut berisi tentang bagaimana para siswa diajarkan untuk menjaga kelestarian alam sebagai kearifan lokal. 

Di sana, para siswa diajarkan bagaimana menanam, beternak, hingga memanfaatkan potensi pariwisata, yakni Telaga Kumpe.

Isrodin, selaku relawan MTS Pakis, sekaligus  kepala sekolah dan penanggung jawab MTs Pakis dalam film berjudul "Berdamai dengan sinyal" mengatakan bahwa belajar itu tidak pernah dibatasi ruang dan waktu, belajar itu bisa kapan saja, di mana saja, dengan siapa saja, tidak terbatas pada gedung. 

Ia juga menegaskan bahwa pembangunan dan pendidikan itu bisa terwujud bila dilakukan bersama-sama. Selain itu, meskipun mengalami keterbatasan, Isrodin dan para siswa tetap antusias melakukan pembelajaran.

"Model kita untuk belajar adalah panca indera kita itu dimaksimalkan sebaik-baiknya, baru teknologi, baru alat-alat lain digunakan untuk belajar. Karena kalau belum maksimal panca indera kita digunakan untuk belajar, kita tidak bisa menjamin alat komunikasi, atau media untuk belajar yang lain bisa kita gunakan," paparnya dalam acara Pemutaran Film Dokumenter MTs Pakis.

 

Editor : Elde Joyosemito

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network