get app
inews
Aa Read Next : Menikmati Tempe Mendoan untuk Takjil Buka Puasa Ramadhan, Ini Resep dan Cara Membuatnya

Jagad Lengger Festival 2022 Hari Pertama, Mengakar Pada Tradisi

Sabtu, 25 Juni 2022 | 16:43 WIB
header img
Jagad Lengger Festival (JLF) sendiri rencananya akan diadakan selama tiga hari, yaitu 25-27 Juni 2022 mengambil tema “Ngunthili & Napak Tilas Tradisi Lengger”. (Foto: Dok JLF 2022)

BANYUMAS, iNews.id - Jagad Lengger Festival (JLF) 2022 bertajuk Ngunthili dan Napak Tilas Tradisi Lengger digelar, Sabtu (25/6/2022) di Pendhapa Si Panji Banyumas. Acara tersebut akan berlangsung selama 3 hari ke depan hingga Senin 27 Juni 2022.

Berdasarkan pantauan iNewsPurwokerto.id, terdapat beberapa serangkaian acara menarik terkait dengan lengger selama satu hari ini.

Acara dimulai dengan opening ceremony atau upacara pembukaan yang dimeriahkan dengan penampilan dari puluhan penari. Pembukaan tersebut juga menjadi tanda dimulainya rangkaian acara selama tiga hari ke depan. 

Selama tiga hari ke depan, masing-masing memiliki fokusnya tersendiri yang dibungkus dalam berbagai acara, seperti seminar, pemutaran film, diskusi, hingga pertunjukan.

"Hari pertama kita kemas memang ke arah akar tradisi, di hari kedua sifatnya lebih ke arah kreasi dan akulturasi, sedangkan hari ketiga sajiannya lebih ke arah kontemporer," ujar Abdul Aziz Rasjid selaku kurator dalam JLF 2022 saat ditemui di lokasi.

Usai upacara pembukaan, acara dilanjutkan dengan seminar bertema "Refleksi dan Catatan Lengger". Seminar tersebut diisi langsung oleh Otniel Tasman selaku penari lengger dan Yustiana Devi Ardhiani. Salah satu hal yang dibicarakan dalam seminar ini adalah hendak dibawa ke mana Lengger Banyumas hari ini?

"Mestinya di suatu hari, tidak ada lagi pertanyaan, jane lengger kue lanang apa wadon (Sebenarnya lengger itu laki-laki apa perempuan). Itu adalah hal yang bagi saya bisa dibilang tidak penting, karena lengger ya lengger," kata Otniel di hadapan para peserta seminar.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan diskusi dan screening film berjudul "Leng Apa Jengger" yang dibawakan oleh Bowo Leksono selaku sutradara.

Bowo mengatakan secara eksklusif, film dokumenter tersebut menceritakan kisah perjalanan Sadam, bocah laki-laki yang di kemudian hari menjadi seorang penari lengger ternama dari Banyumas bernama Dariah.

"Cuma sebenernya film ini film yang belum selesai," jelas Bowo.

Ia juga menjelaskan, tujuan pembuatan film dokumenter tersebut untuk dokumentasi bagi generasi muda sehingga nantinya mereka dapat melihat dan turut merasakan apa yang pernah terjadi di masa silam.

"Saya tidak pernah berpikiran bahwa seni tradisi itu akan bisa kita pertahankan secara utuh, itu enggak. Itu bisa dibilang gak mungkin. Makanya karena saya dan temen-temen ada di level pembuat film, setidaknya apa yang ke depan akan musnah apa yang ke depan akan hilang kami dokumentasikan dulu," tambahnya.

Sore harinya, acara diisi oleh penampilan dari Paguyuban Langen Sari Kalibagoran. Berdiri sejak tahun 1998, Paguyuban Langen Sari yang berfokus pada pelestarian budaya Lengger Banyumasan tampil membawakan konsep tari dengan lagu Ricik-ricik, Gunungsari, dan Sekargadung. 

Penampilan selanjutnya disuguhkan oleh Narsihati dan Sukendar. Narsihati merupakan seorang penari lengger tersohor di Pekalongan sekaligus pendiri Sanggar Ngudi Luwesing Salira. Sedangkan, Sukendar adalah seorang pengendang lengger yang sudah aktif sejak tahun 1977. 

Beberapa kelompok lengger yang turut ia iringi di antaranya lengger Sukiyem, Kamiati, Dariah, dan Narsihati. Pada kesempatan kali ini, mereka berkolaborasi membawakan sebuah karya dengan judul "Sebuah Pertemuan". 

Selain serangkaian acara terkait lengger, terdapat juga pameran bertajuk Pokok dan Tokoh, serta Dekade Lengger. Keduanya memuat jejak-jejak sejarah lengger yang termuat baik dalam teks, foto, video, audio (kaset), hingga karya kreatif (film dan sastra).

Ada juga berbagai stand-stand UMKM menarik yang berjejer di sekitaran Pendapa Si Panji. Mereka menyajikan mulai dari kuliner tradisional, pakaian, jasa lukis, hingga permainan tradisional (masa kecil) yang kini jarang ditemui.

 

 

Editor : Aryo Arbi

Follow Berita iNews Purwokerto di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut