"Itu karena keterbatasan peralatan, sehingga untuk bisa memastikan mendekati rill jumlah yang sebenarnya butuh kamera trap yang tidak sendikit. Karena idealnya satu kamera trap digunakan untuk satu grid seluas 5 hektare," katanya.
Sehingga untuk mengatasi keterbatasan alat tersebut, BKSDA menggunakan sistem acak dengan menaruh kamera trap secara random di beberapa titik yang diduga sebagai lintasan macan tutul dan macan kumbang.
Bahkan baru seminggu ini pihaknya mengupdate data dengan mengambil kamera trap yang dipasang didua titik yang ada di Cagar Alam Nusakambangan Timur. Dalam kamera trap tersebut tertangkap macan kumbang yang tengah melintas dan beristirahat.
"Belum lama, terakhir itu baru kita ambil datanya seminggu yang lalu, itu update data kamera trap yang kita ambil di dua titik, dengan individu yang berbeda. Itu dua titik di bagian timur cagar alam di Nusakambangan timur," jelasnya.
Sedangkan ekosistem di Nusakambangan disebut Dedi sangat cocok untuk macan kumbang maupun macan tutul. Dimana hutan konservasi milik Kemenkumham tersebut masih terjaga dengan baik.
"Populasi macan tutul mamalia selain cagar alam, habitatnya barat timur hutan yang ada dalam pemangku kawasan Kemenkumham. Selain kawasan konservasi juga kawasan lintasan pergerakan macan tutul itu sendiri atau macan kumbang yang ada di Pulau Nusakambangan," ucapnya.
Sedangkan untuk ekosistem habitat satwa tersebut saat ini masih terjaga dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari tidak adanya konflik yang terjadi antara satwa di Nusakambangan dengan masyarakat sekitar.
"Salah satu indikasi konflik itu akan menjadi tanda tanya apabila ada konflik, bisa jadi ada macan menyerang itu pasti ada sebabnya, ada macan kumbang ngabisin hewan ternak masyarakat sana itu juga jadi indikator ketidakseimbangannya. Kebetulan pakan dari babi hutan, kijang, kancil, lutung, kera ekor panjang itu masih melimpah, itu salah satu indikasi belum adanya konflik, membuat rantai makanannya masih berjalan," katanya.
Maka dari itu dia juga berharap agar habitat satwa yang ada di Nusakambangan dapat dijaga dan dipertahankan. Salah satunya dengan pemulihan ekosistem dan upaya sosialisasi untuk dapat menjaga habitat satwa endemik atau satwa langka yang ada di pulau Nusakambangan.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta