PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Peneliti jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto memberikan pelatihan teknik shibori.
Pelatihan diberikan kepada para perajin batik dan ecoprint Banyumasan melalui program kemitraan masyarakat (PKM) dengan fokus akulturasi jumputan dan shibori untuk pengembangan produk UMKM Batik Putra Serayu di Desa Notog, Kecamatan Patikraja Banyumas.
“Kami melakukan pelatihan teknik shibori kepada para perajin batik dan ecoprint Banyumasan yakni Batik Putra Serayu, unit UMKM berlokasi di Desa Notog, Patikraja. Pelatihan telah dilangsungkan beberapa waktu lalu yakni pada 19 Agustus 2022,”kata peneliti Unsoed Ari Asnani dari Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Unsoed dalam keterangan tertulisnya pada Senin (26/9/2022).
Menurutnya, shibori adalah teknik tekstil dari Jepang dengan mencelup, mengikat, melipat, memelintir dan menjahit kain sehingga membentuk pola yang unik.
“Teknik dan proses shibori lebih bervariasi daripada teknik jumputan yang selama ini telah umum dipakai untuk pembuatan kain jumputan. Saat ini dikenal enam teknik shibori yang dikenal yaitu Kanoko, Arashi, Itajime, Miura, Kumo dan Nui,”paparnya.
Menurutnya, akulturasi teknik jumputan dan teknik shibori untuk pengembangan desain produk diharapkan mampu menghasilkan produk dengan motif yang lebih beragam sehingga lebih kompetitif.
“Selain itu, kombinasi dari teknik dan inovasi produk akan membuat akulturasi jumputan-shibori menajadi salah satu produk tekstil bergaya kontemporer yang menarik,”kata dia.
Umumnya, pewarna yang umum digunakan pada shibori adalah pewarna indigo yang berasal dari tanaman Indigofera tinctorial yang memberikan warna biru.
“Perkembangan selanjutnya adalah penggunaan pewarna sintetis yaitu naptol, remasol, dan indigosol yang lebih praktis penggunaannya serta bervariasi warnanya,”jelas dia.
Menurutnya, peserta utama adalah mitra Batik Putra Serayu, namun kegiatan ini juga diikuti oleh anggota UKM Batik seputaran Banyumas dan Purbalingga.
“Rangkaian kegiatan pembuatan kain bermotif jumputan-shibori meliputi persiapan alat dan bahan, preparasi waterglass sebagai pengunci warna, preparasi zat warna, pelipatan kain sesuai pola yang dikehendaki, pewarnaan sudut warna dan bias warna, pengeringan kain, dilanjut dengan pencucian kain,”jelasnya.
Mitra berpartisipasi aktif untuk melakukan kombinasi pelipatan asimetri dan simetri untuk memperoleh pola-pola baru. Hasil pengembangan pola dicatat secara sistematis dan disusun sebagai panduan desain pola shibori.
“Sementara hasil kegiatan PKM adalah kain dengan pola-pola simetri-asimetri sesuai sebagai refleksi horizontal dan vertikal dari pola bentuk segitiga dan segiempat. Tercatat sejumlah 19 motif Shibori telah dihasilkan dari kegiatan PKM ini,”ungkapnya.
Berdasarkan respon serta saran dari peserta menunjukan bahwa kegiatan PKM sangat bermanfaat bagi peserta untuk mengembangkan desain motif.
“Dari hasil monev kegiatan PKM menunjukan bahwa rerata tingkat kepuasan peserta adalah baik (18%) dan sangat baik (80%),”jelasnya.
Seluruh peserta dalam kegiatan PKM mengaku baru pertama kali ini membuat desain motif Shibori sehingga sangat antusias. Mereka berharap ada kelanjutan untuk akulturasi teknik-teknik shibori lainnya, terutama untuk pengembangan produk ekonomi kreatif.
Menurut Ari, pelatihan kepada para perajin merupakan uoaya mempercepat pemulihan ekonomi. Makanya kami memberikan inovasi baru dalam hal desain serta kreativitas motif yang bervariasi menjadi penting untuk dilakukan.
“Sebab, masa pandemi berimbas pada pada penurunan daya beli masyarakat terhadap produk non-primer. Ini juga mengakibatkan omset penjualan di Batik Putra Serayu ikut menurun. Oleh karenanya, kami melakukan percepatan pemulihan dengan pendekatan inovasi,”tandasnya.
Editor : EldeJoyosemito