get app
inews
Aa Read Next : TNI AD Bangun 20 Pompa Hydrant dari Sungai Serayu, Aliri Sawah 3 Desa di Banyumas

Anak Kolong Anak Tentara, Apakah Selamanya Nakal dan Liar

Sabtu, 27 November 2021 | 09:46 WIB
header img
ANAK kolong sebutan bagi anak-anak yang orangtuanya berasal dari TNI dan Polri.  Anak kolong terwadahi dalam FKPPI. (Foto: MPI)

ANAK kolong sebutan bagi anak-anak yang orangtuanya berasal dari TNI dan Polri.  Sebutan anak kolong bagi sebagian keluarga anggota TNI dan Polri bisa saja tidak mengenakkan hati.

Namun tahukah bagi tokoh nasional seperti Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, sebutan anak kolong justru menjadi kebanggaan.

"Saya bangga sebagai 'anak kolong'," kata Presiden Yudhoyono  saat membuka Musyawarah Nasional Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI)di Caringin, Bogor, Jawa Barat , Jumat (28/11/2008) malam.

Buat SBY, kebanggaan itu karena sejak kecil sudah berada  di lingkungan TNI-Polri dan juga keluarganya sudah ditanamkan nilai-nilai pluralisme dalam arti tidak membeda-bedakan suku, ras, agama dan antar golongan.

Presiden Yudhoyono juga menyatakan bahwa di keluarganya sudah tiga generasi menjadi anggota FKPPI.

"Ayah saya seorang TNI yang telah mengabdi 30 tahun. Istri saya pun ayahnya seorang TNI. Bila FKPPI sudah terbentuk sebelum 1973, tentunya saya akan menjadi anggotanya," kata SBY kala itu disambut tepuk tangan peserta Munas.

FKPPI terbentuk pada 1978 dan pada 1973 Yudhoyono lulus Akademi Militer di Magelang dan menjadi perwira TNI.

Ia menambahkan, anaknya yang kedua pun, Edi Baskoro menjadi anggota FKPPI. Bahkan cucunya, hasil pernikahan Kapten (Inf) Agus Harimurti dengan Annisa Pohan, Almira Tunggadewi Yudhoyono, seharusnya menjadi anggota FKPPI karena orang tuanya seorang militer.

Mantan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto ternyata juga anak kolong. Dalam suatu kesempatan di Aula Matjan Tutul, Markas Koarmada 1, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat pada Kamis (29/11), Hadi mengenang masa kecil sebagai anak tentara. Hadi sempat merasakan sempitnya hidup di rumah dinas prajurit TNI.

“Mulai kecil sejak bayi sebelum menjadi tentara tinggal di rumah dinas, sehingga ada sebutan anak kolong. Kenapa anak kolong? karena kamarnya cuma satu dan tempat tidurnya cuma dua.  Akhirnya anak nomor satu tidur di kasur dan anak momer dua tidur di kolong. Itulah asal muasal anak kolong,” kelakar Hadi.

Namun bagaimana sebenarnya kisah hingga muncul istilah anak kolong.

Anak kolong pada masa lalu jauh dari kesan kehidupan baik-baik bagi orang-orang moralis. Sebutan ini sudah ada sejak era Koninklijk Nederlandsche Indische Leger (KNIL) alias Tentara Kerajaan Hindia Belanda. 

Sebuah angkatan darat kolonial yang eksis sejak 4 Desember 1830 hingga 26 Juli 1950. Sekitar 75 persen anggotanya adalah orang-orang Indonesia dari berbagai suku di Indonesia seperti Jawa, Ambon, Minahasa, dan lainnya.

Pada masa penjajahan Belanda, sebutan anak kolong hanya untuk anak serdadu rendahan. Ini dikarenakan anak-anak itu umumnya harus tinggal di dalam tangsi, tak seperti Sersan yang boleh tinggal di bedeng dekat tangsi. Kehidupan mereka tak seperti kehidupan anak tentara sekarang. 

Tak ada rumah dinas. Serdadu-serdadu bawahan biasa tinggal di dalam tangsi berserta keluarganya. Tak ada tempat tidur yang nyaman untuk anak-anak serdadu itu. 

Sempitnya tangsi, membuat para serdadu hidup dalam bilik-bilik sempit yang hanya cukup untuk dua orang dewasa. Untuk serdadu dan pasangannya, yang belum tentu berstatus istri, ada dua tempat tidur. Bentuknya semacam panggung dengan kolong di bawahnya. Jika hanya ada satu bilik tempat untuk dua orang, yang seukuran ranjang, serdadu-serdadu yang punya anak pun akan membiarkan anaknya tidur di bawah kolong.

Di sini lah istilah itu berawal, dari anak-anak serdadu yang tidur, juga bermain, di bawah kolong. Bila merujuk sejarahnya, tentu saja yang bukan anak serdadu rendahan di bawah kopral, tak layak disebut anak kolong. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak serdadu bawahan punya rumah dan istilah anak kolong pun diberlakukan kepada semua anak tentara. Anak sersan, anak letnan bahkan anak jenderal pun dapat julukan anak kolong. Kehidupan seksual serdadu-serdadu KNIL di tangsi juga dianggap liar, terkait adanya istri atau pasangan yang kadang bisa tidur dengan siapa saja. 

Kehidupan anak-anak kolong pada masa pemerintahan Belanda juga punya warna tersendiri. Pemerintah kolonial terbilang peduli pada pendidikan rendah anak-anak kolong, seperti pemerintah Belanda peduli pada pendidikan anak-anak priyayi atau pembesar pribumi. 

Setidaknya untuk anak-anak kolong asal Ambon ada sekolah bernama Ambonschool, yang menurut I.O. Nanulaitta, dalam Timbulnja Militerisme Ambon (1966), berdiri pertama di Magelang—salah satu kota militer di Indonesia yang ternyata sudah ada sejak zaman kolonial. Berdasar keputusan Nomor 20 pada 2 Februari 1879. Tentu saja itu hanya sebagian anak kolong saja yang bisa menikmati sekolah berbahasa Belanda.

Kerasnya kehidupan tangsi yang membentuk watak keras pada anak-anak kolong, membuat mereka terpengaruh untuk menjadi serdadu seperti orang tua mereka. Tak jarang ada keluarga yang turun temurun yang anak lelakinya jadi serdadu. Jika tak jadi serdadu, anak-anak yang dicap anak kolong itu rawan masuk dunia kriminal. 

Anak kolong pun sudah terwadahi dalam organisasi Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI) dan Generasi Muda (GM) FKPPI. Berbagai kegiatan positif pun mereka lakukan.

Seperti kehadiran  Anak Kolong Bikers Indonesia yang dibentuk  Pengurus Daerah IX KB FKPPI se-DKI Jakarta.
Komunitas ini bukan hanya melulu urusan motor saja, tetapi juga mempunyai target mencegah penggunaan narkoba di kalangan anak muda serta pencegahan paham radikal

Anak Kolong Bikers Indonesia bukan geng motor tapi klub yang memiliki nilai sport dan aspek bela negara


Ketua Pengurus Daerah IX Keluarga Besar FKPPI DKI Jakarta, Arif Bawono mengatakan, Anak Kolong Bikers Indonesia memiliki semagat gorong royong, menjaga persatuan.

Apalagi Anak Kolong Biker Indonesia merupakan bikers yang heterogen sehingga tidak melihat status sosial, jenis motor. Jadi semua jenis motor bisa bergabung.

"Musuh utama Anak Kolong Bikers Indonesia adalah narkoba dan radikalisme. Makanya kami kerjasama dengan BNN guna pemberantasan narkoba. Konkretnya dengan BNNP melakukan tes urine di komplek," tandasnya.

 Commandante Anak Kolong Bikers Indonesia, Bambang Dirgantoro mengatakan, dibentuknya klub motor Anak Kolong Bikers Indonesia merupakan respons atas berbagai persoalan bangsa khususnya yang berkaitan dengan semakin menurunnya semangat kebangsaan di kalangan generasi muda.

Bahkan ada di antara anak muda yang terjebak narkoba dan radikalisme sehingga meruntuhkan nilai - nilai kebangsaan.

“Perkembangan teknologi yang tidak dibarengi oleh penguatan pemahaman semangat kebangsaan pada generasi muda Indonesia telah menciptakan celah bagi timbulnya berbagai persoalan seperti meningkatnya individualisme, apatisme, intoleransi dan radikalisme," ujar Bambang Dirgantoro.

Atas berbagai permasalahan tersebut, maka kehadiran komunitas ini dapat menjawab persoalan tersebut.

"Melalui wadah hobi otomotif roda dua ini maka diharapkan upaya-upaya sosialisasi semangat kebangsaan dapat lebih diterima oleh generasi muda," tandasnya.
 

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut