JAKARTA, iNews.id - Apakah pikun sama dengan demensia? Demensia menggambarkan serangkaian gejala, yaitu kehilangan memori, kesulitan berpikir dan pemecahan masalah bahkan bahasa.
Demensia terjadi ketika otak mengalami kerusakan karena penyakit, seperti penyakit Alzheimer, stroke ataupun penyakit lainnya .
Demensia bukanlah penyakit spesifik tetapi merupakan sekelompok kondisi atau 'sindrom' gabungan sejumlah gejala dengan penurunan fungsi kognisi otak.
"Secara detail, demensia bukanlah penyakit namun merupakan kondisi penurunan fungsi konigsi seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai atau juga daya ingat, pola berpikir dan akan menggangu aktifitas penderita. Angka kejadian demensia paling sering terjadi pada usia >=65 tahun. Namun saat ini telah banyak ditemukan kasus demensia pada usia produktif 40-50 tahun. Bahkan telah dilaporkan kasus demensia pada usia 20 tahun. Demensia pada usia produktif ini dikenal dengan Young Onset Dementia atau Early Onset Dementia. Dari banyak tipe Demensia, data menunjukkan yang paling sering ditemukan adalah Demensia Alzheimer yang berhubungan dengan perubahan genetik dan protein di organ otak. Lalu diikuti oleh Demensia Vaskular yang diakibatkan oleh gangguan pada pembuluh darah otak seperti stroke atau small vessel diseasse", tutur dokter Laura P. Susila Tambunan, M.Kes, Mked(Neu), Sp.N., dari Siloam Hospital Mampang, pada Rabu (16/10) melalui bincang sehat pada aplikasi live Instagram.
Pada edukasi, dokter Laura P. Susila menyampaikan bahwa jenis demensia yang paling sering terjadi adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.
Alzheimer adalah jenis demensia yang berhubungan dengan perubahan genetik dan perubahan protein di otak. Sedangkan, demensia vaskular adalah jenis demensia akibat gangguan di pembuluh darah otak.
Adapun terdapat perbedaan jelas antara pikun dan lupa dengan demensia, yaitu, dari keadaan penderita, dimensia lebih serius untuk ditopang kehidupannya karena demensia disebabkan rusaknya sel saraf dan hubungan antar saraf sel otak yang menyebabkan gangguan kognisi yang mengganggu fungsi sosial, aktifitas dan pekerjaan.
"Faktor resikonya antara lain, pertambahan usia, genetik keluarga, pola makan tidak sehat, jarang berolahraga, dan dapat juga karena merokok dan kecanduan alkohol", ungkap dr. Laura P. Susila Tambunan, M.Kes, M.Ked(Neu), Sp.N.
Faktor resiko dipicu dengan beberapa penyakit seperti yang dapat menjadi penyebab, yaitu depresi, hipertensi, obesitas, diabetes, bahkan sleep apnea. Adapun akan gejala utama penderita demensia diketahui melalui penurunan memori dan perubahan pola pikir yang tampak pada perilaku dan alur komunikasi yang dapat semakin memburuk seiiring waktu.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta