get app
inews
Aa Text
Read Next : Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto Peduli Lingkungan, Tanam 2 Ribu Pohon di 10 Titik

BHHC Telusuri Jejak Sekolah-sekolah Tua di Purwokerto 

Minggu, 27 November 2022 | 06:39 WIB
header img
BHHC kunjungi sekolah-sekolah tua yang ada di Purwokerto. (Foto: DOk BHHC)

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Komunitas pelestari sejarah Banjoemas History and Heritage Community (BHHC) menggelar program Jelajah 'Jejak Sejarah Sekolah #1', Sabtu (26/11/2022).

Dalam program yang digelar dalam rangkaian peringatan ulang tahun BHHC ke 11, belasan peserta jelajah mengunjungi sejumlah objek cagar budaya seperti Gedung Bakorwil III, SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Negeri 5 dan komplek yayasan sekolah Bruderan.

Di wilayah Kota Purwokerto, bangunan-bangunan itu masih kokoh berdiri bahkan cukup terawat. Gedung tersebut merupakan peninggalan sejarah masa politik etis Hindia Belanda.

Keberadaan gedung-gedung ini, menjadi pertanda perkembangan Purwokerto menjadi sebuah kota kecil di selatan Provinsi Jawa Tengah.

Salah satunya adalah gedung SMA Negeri 5 Purwokerto, yang berlokasi di Jalan Gereja nomor 20 Purwokerto. Sekitar tahun 1922, gedung ini dahulu difungsikan sebagai Kwekschool dan Normalschool.

Bila dilihat sepintas, gedung SMAN 5 Purwokerto identik dengan bangunan arsitektur Eropa abad ke 19. Jendela-jendela tinggi dan lebar. Lorong-lorong panjang yang menyatukan antar gedung juga menjadi ciri khas komplek sekolah tersebut.

"Kwekschool masa pendidikan 3 tahun dan Normalschool masa pendidikannya 5 tahun merupakan sekolah setingkat SMP, SMA Negeri 5 masih merawat bangunan dengan lumayan baik bangunan bersejarah ini, namun bagian utara yang masuk kedalam lingkungan SMP Negeri 3 Purwokerto telah habis total menjadi bangunan baru, ini sangat disayangkan" terang founder BHHC, Jatmiko Wicaksono pada program Jelajah 'Jejak Sejarah Sekolah #1', Sabtu. 

Sekolah ini, kata dia, didirikan oleh Belanda untuk mendidik calon guru bantu dan guru sekolah dasar dari kalangan pribumi. Mereka juga kelak yang akan melahirkan para pemikir-pemikir Indonesia.

Jatmiko menuturkan, sejarah pendidikan di Kota Purwokerto erat hubungannya dengan politik etis yang pernah diberlakukan pemerintah Hindia Belanda sebagai konsekuensi dari penerapan tanam paksa. Kebijakan itu muncul dan diterapkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch, setelah perang Diponegoro yang membuat Belanda hampir bangkrut.

Purwokerto kala itu menjadi kota baru yang bergeliat terkoneksi dengan jalur kereta api lembah Serayu pada tahun 1896.

Tidak seperti sekolah-sekolah untuk orang-orang Eropa, pembangunan gedung-gedung sekolah atas untuk pribumi baru mulai dibangun pada tahun 1920an.

"Sekolah-sekolah masa Hindia Belanda itu ada SMA Negeri 2 yang dahulunya Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau Sekolah Menengah Pertama Purwokerto, Kweekschool atau Noormalschool yang lahannya menjadi tiga bagian yaitu SMPN 2, SMAN 5 dan SMPN 3 Purwokerto dan kompleks HCS Bruderan yang tidak hanya memiliki sejarah pendidikan namun pernah menjadi komplek internir untuk warga Tionghoa pada masa Jepang,”jelasnya.

Editor : EldeJoyosemito

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut