HARGA jual kopi di Indonesia masih rendah di pasaran. Hal tersebut menyebabkan petani kopi masih belum semuanya sejahtera.
Namun, upaya solusi dilakukan oleh beberapa pihak seperti mengikutsertakan petani kopi Indonesia di ajang kompetisi kopi Internasional seperti Cup of Excellent (COE).
Ya, COE sendiri adalah kompetisi kopi spesialiti (Arabica) bertaraf Internasional yang sudah ada sejak 1999. Indonesia akhirnya terlibat di 2021 berkat dukungan Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI). Sebanyak 36 petani kopi dari 7 provinsi di Indonesia lolos ke level Internasional.
Hal ini tentunya mengartikan bahwa kualitas kopi Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Keunggulan itu yang harusnya disadari industri kopi lokal supaya lebih banyak menggunakan kopi lokal sebagai bahan baku kopinya.
Ke 36 petani kopi itu berasal dari Daerah Istimewa Aceh (9 petani), Jambi (2), Sumatera Selatan (1), Jawa Barat (12), Jawa Tengah (1), Jawa Timur (3), Sulawesi Selatan (1), dan Nusa Tenggara Timur (1). Kopi yang mereka produksi menggunakan empat proses, antara lain natural (18 sampel kopi), washed (12), honey (4), dan giling basah atau wet hulled (2).
Keterlibatan petani kopi Indonesia dalam ajang pencarian kopi spesialiti terbaik di dunia ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kopi lokal dan menjelaskan posisi Indonesia dalam pasar kopi global.
"Dalam proses COE, petani diedukasi soal bagaimana 'good farming practice' yang mana dengan begitu kualitas kopi yang dihasilkan petani bisa jauh lebih baik," papar Ketua SCAI Daryanto Witarsa di konferensi pers Cup of Excellent di JTTS Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (22/12/2021).
Jika kualitas kopi sudah baik, sambung Daryanto, itu akan berimbas juga pada kesehahteraan hidup mereka. Sebab, kopi yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi dan dengan begitu harga jualnya bisa lebih tinggi mengikuti kualitas dari kopinya.
Selain itu, COE sendiri adalah ajang untuk mengenalkan kopi Nusantara yang sangatlah beragam. Ini mengartikan juga bahwa kopi Indonesia sangat beragam karakter dan berkualitas baik tentunya.
Tak hanya pihak swasta yang terlihat dalam upaya mensejahterakan petani kopi lokal ini. Ya, dilibatkan juga Peneliti Ahli Utama Kementerian Pertanian Delima Hasri Azahari, sebagai dewan pembina SCAI.
Dalam perspektif pemerintah, menurut Delima, petani kopi lokal harus terus diedukasi untuk bisa menghasilkan kopi yang berkualitas. Sebab, kopi Indonesia sejatinya sangat baik, tinggal bagaimana proses tanam hingga panen yang harus terus diedukasi.
Indonesia sendiri, papar Delima, punya 1,2 juta hektare kebun kopi, tapi produktivitas kita baru 750 ribu ton (200 ribu ton Arabica dan Robusta 550 ribu ton). Artinya, produktivitas kita masih di bawah 1 ton per hektare, masih sekitar 0,7 ton per hektare.
"Nah, peran pemerintah di sini adalah tentu mengawal supaya produktivitas kopi Indonesia lebih meningkat lagi. Kita mulai dengan mengedukasi petani menggunakan bibit yang direkomendasikan pemerintah supaya produktivitas meningkat," papar Delima.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah selalu mempromosikan kopi Indonesia, baik itu specialty maupun commercial. "Khusus untuk Arabica, dari 200 ribu ton 25%-nya upayakan menjualnya melalui proses Cup of Excellent misalnya," tambah Delima.
"Walau hasil produksinya sedikit, tapi kualitas sangat baik. Ini yang coba kami terus beri paham kepada petani kopi," sambungnya.
Editor : Arbi Anugrah