CILACAP, iNewsPurwokerto.id - Rencana penerapan lima hari masuk sekolah di tingkat Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menuai pro dan kontra. Wacana penerapan lima hari sekolah di tingkat SD ini sebenarnya pernah digulirkan sejak 2022 di Kabupaten Cilacap dan kerap mendapatkan reaksi beragam dari masyarakat.
Taufik Hidayatullah, aktivis Nahdlatul Ulama (NU) Cilacap mengatakan, jika berdasarkan informasi yang ia dapat, saat ini teman-teman ditingkat bawah yang diantaranya pengurus TPQ, Madrasah Diniyah dan Masjid menyampaikan, jika koordinator wilayah bidang pendidikan dan kebudayaan se Kabupaten Cilacap tengah meminta dukungan tertulis dari bawah.
"Intinya minta dukungan tertulis pelaksanaan lima hari sekolah di Kabupaten Cilacap, dan sebagian besar itu menyampaikan keberatan. Tapi mungkin ada rasa-rasa yang tidak enak, termasuk juga Dinas Pendidikan sudah melakukan sosialisasi dan koordinasi masif di jajarannya termasuk dengan Kementerian Agama untuk mewacanakan sekolah lima hari di Cilacap," kata Taufik saat dihubungi iNewsPurwokerto.id, Jumat (9/6/2023).
Menanggapi hal itu, Taufik menyampaikan keberatannya dengan penerapan lima hari sekolah di tingkat SD yang ada di Kabupaten Cilacap. Ia menyampaikan jika penerapan sekolah lima hari untuk tingkat SD masih belum dapat dilakukan, sebab banyak hal yang harus dipersiapkan termasuk soal sarana dan prasarana pendukung di sekolah.
"Rencana Pj Bupati Cilacap yang akan menerapkan lima hari sekolah di Kabupaten Cilacap secara pribadi dan saya sebagai seorang yang dari kalangan pesantren, terus terang kami merasakan keberatan. Apalagi secara geografis kami berada di desa. Penerapan lima hari sekolah untuk tingkat sekolah dasar, kami berpikir kita harus melihat, bahwa secara infrastruktur, sekolah-sekolah dasar kita belum memiliki persiapan penuh untuk melaksanakan lima hari sekolah," jelasnya.
Selain itu, lanjut Taufik keterbatasan jumlah ruang, keterbatasan guru dan termasuk di dalamnya adalah kondisi siswa. Di mana siswa SD rata-rata pelajaran agama yang masih kurang, dimanfaatkan pada sorenya untuk belajar di TPQ atau Madrasah Diniyah.
"Lima hari sekolah, artinya kesempatan anak-anak untuk belajar di TPQ, Madin itu hilang karena mereka pulang jam 4, sudah lelah setelah itu tidur," ujarnya.
Editor : Arbi Anugrah