get app
inews
Aa Read Next : Jadwal Buka Puasa Hari Ini Purwokerto Minggu 7 April 2024

4 Fakta Fenonema Embun Beku yang Menyerupai Salju di Dataran Tinggi Dieng

Selasa, 18 Juli 2023 | 11:04 WIB
header img
Kawasan dataran tinggi Dieng, yang berada di perbatasan antara Banjarnegara dan Wonosobo kembali mengalami fenomena embun beku. (Foto: Istimewa)

BANJARNEGARA, iNewsPurwokerto.id-Kawasan dataran tinggi Dieng, yang berada di perbatasan antara Banjarnegara dan Wonosobo di Jawa Tengah (Jateng), kembali mengalami fenomena embun beku.

Fenomena embun beku yang biasanya muncul pada musim kemarau ini mendapatkan perhatian dari Stasiun Meteorologi Semarang.

Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Sutikno, mengungkapkan empat fakta terkait fenomena ini. Berikut adalah faktanya:

1. Apa itu embun beku?

Secara meteorologi, fenomena ini dikenal sebagai frost atau embun beku. Embun beku berbeda dengan salju yang terbentuk sebagai partikel presipitasi di atmosfer. Embun beku merupakan munculnya butiran es di permukaan. Masyarakat lebih mengenalnya sebagai embun upas.

2. Mengapa terjadi fenomena embun beku?

Secara klimatologis, tekanan udara pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) lebih tinggi di Benua Australia (tekanan tinggi) dibandingkan dengan Benua Asia (tekanan rendah). Angin yang berhembus dari Australia menuju Asia melewati Indonesia dan umumnya menandai dimulainya periode musim kemarau seiring dengan aktifnya monsun Australia.

Pada musim kemarau, tutupan awan sangat minim, sehingga pada siang hari, matahari terasa sangat terik dengan peningkatan suhu udara. Hal ini terjadi karena tidak ada objek di langit yang menghalangi sinar matahari, sehingga penyinaran matahari yang merupakan gelombang pendek mencapai maksimum pada siang hari.

Sama seperti siang hari, radiasi yang dipancarkan kembali oleh permukaan bumi pada malam hari juga optimum karena langit tidak tertutupi awan. Pancaran radiasi gelombang panjang dari bumi ini menyebabkan penurunan suhu yang signifikan pada malam hari, mencapai puncaknya sebelum matahari terbit (waktu ketika suhu minimum umumnya tercapai).

Perlu diingat, di wilayah pegunungan dan dataran tinggi, kelembapan udara cukup tinggi. Kelembapan udara yang tinggi menunjukkan bahwa udara di wilayah tersebut memiliki kadar air yang tinggi.

Penurunan suhu yang berlangsung terus-menerus dari malam hingga dini hari menyebabkan embun yang terbentuk pada rumput, daun, atau tanaman membeku.

3. Kapan fenomena ini terjadi?

Fenomena ini tidak luar biasa dan umumnya terjadi pada musim kemarau (Juni - September). Terkadang, fenomena ini juga terjadi pada bulan Mei, tetapi mulai intens dan sering diamati mulai bulan Juni dan mencapai puncaknya pada bulan Agustus.

4. Imbauan bagi warga

Fenomena ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, terutama yang menyukai pendakian gunung dan ingin mengunjungi Dieng untuk menyaksikan embun upas secara langsung.

Namun, diimbau kepada wisatawan yang ingin berkunjung pada periode Juni-September untuk menggunakan pakaian yang sesuai dengan kondisi di sana, seperti jaket tebal atau mantel, sarung tangan, kaus kaki, dan sepatu, agar dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama berwisata, karena suhu udara di kawasan Dieng pada beberapa waktu dapat berada di bawah 0°C.

Editor : Elde Joyosemito

Follow Berita iNews Purwokerto di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut