NEW YORK, iNews.id - Rusia kemungkinan bakal menggunakan kripto. Hal itu dilakukan kalau Rusia diblokir dari sistem Telekomunikasi Keuangan Antar Bank Seluruh Dunia atau Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT).
Peringatan itu, muncul di tengah perdebatan tentang sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS), yang melarang Rusia dari sistem SWIFT setelah melakukan invasi ke Ukraina.
Beberapa analis telah memperingatkan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, dapat beralih ke mata uang kripto untuk menghindari sanksi tersebut.
Analis Cowen Washington Research Group, Jaret Seiberg, mengatakan jika Rusia menggunakan kripto untuk menghindari sanksi tersebut, maka dukungan politik di AS untuk kripto akan turun dan risiko regulasi akan meningkat.
“Kami percaya Washington khawatir bahwa Rusia akan menggunakan kripto untuk menghindari sanksi,” kata Jareet Seiberg, seperti dikutip Bitcoin.com, Minggu (27/2/2022).
Seiberg menjelaskan, karena sebagian besar perdagangan global masih dalam mata uang dolar, bisa jadi sulit bagi Rusia untuk menggunakan kripto untuk menghindari SWIFT.
Namun, jika Rusia tidak dapat menggunakan mata uang kripto untuk menghindari sanksi AS, dia meyakini hal itu dapat meningkatkan kelangsungan hidup kripto di mata regulator. Terkait dengan itu, Seirberg mendorong industri kripto untuk ikut menegakkan sanksi yang dijatuhkan AS terhadap Rusia.
“Membayar dalam bitcoin membutuhkan konversi ke dolar, yang menyediakan cara untuk melacak aktivitas. Jika sistem pertukaran kripto membantu menegakkan sanksi AS, itu akan menjadi keuntungan bagi kripto di mata regulator," ujar Seiberg.
Analis juga menyerukan agar pemblokiran Rusia dari sistem SWIFT diberlakukan oleh Inggris, Uni Eropa, dan negara-negara sekutu barat di Asia. Saat ini, lebih dari 11.000 lembaga keuangan di dunia tergabung dalam SWIFT.
Pada 2021, rata-rata lembaga keuangan tersebut mengirimkan 42 juta pesan per hari.
Editor : EldeJoyosemito