BANJARNEGARA, iNewsPurwokerto.id-Ribuan wisatawan hadir untuk menyaksikan prosesi pemotongan rambut gimbal yang menjadi bagian dari Dieng Culture Festival (DCF) 2024. Acara ini berlangsung di Kompleks Candi Arjuna, Banjarnegara Sabtu (24/8/2024).
Sebelum rambut gimbal anak-anak tersebut dipotong, orangtua harus memenuhi berbagai permintaan unik dari mereka. Permintaan itu bervariasi, mulai dari anak itik, sepeda, hingga pertunjukan lengger.
Salah satu orangtua, Erna Murniyati, menceritakan bahwa putrinya, Qiana Alisha Chandani, 5, hanya meminta permen dan dua ekor anak itik. "Permintaannya hanya dua ekor itik dan satu dus permen. Dari dulu, permintaannya tidak pernah berubah, setiap kali ditanya jawabannya selalu sama," ujar Erna, yang berasal dari Desa Pekunden, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, sesaat sebelum prosesi berlangsung.
Erna menjelaskan bahwa rambut gimbal putrinya mulai muncul saat Qiana berusia 4 bulan, setelah mengalami demam tinggi yang disertai kejang.
"Setelah saya bawa ke IGD, beberapa hari kemudian rambut gimbal mulai muncul. Awalnya, saya tidak tahu dan mencoba menyisirnya, tapi keesokan harinya rambutnya kembali gimbal. Begitu terus hingga akhirnya saya sadar bahwa dia memang memiliki rambut gimbal," jelasnya.
Winda Susanti, seorang ibu dari Kabupaten Wonosobo, juga turut serta dalam ritual pemotongan rambut gimbal untuk anaknya, Syaqila Bilqis Marzuki, 7. Ini adalah kali kedua Syaqila menjalani pemotongan rambut gimbal.
"Tiga tahun lalu, dia pernah dicukur di rumah, tetapi rambut gimbalnya tumbuh lagi. Dulu dia meminta mainan helikopter yang bisa terbang dengan remote control, tapi yang dibeli ternyata tidak bisa terbang," ujar Winda.
Tahun ini, Syaqila meminta agar ada pertunjukan seni lengger sebagai syarat sebelum rambutnya dicukur. "Tiba-tiba saja dia ingin ikut cukur rambut di Dieng dan minta lengger. Dia sangat menyukai kesenian lengger, bahkan bisa menonton semalam suntuk hingga pagi," tambah Winda.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara, Tursiman, menjelaskan bahwa ritual ini merupakan tradisi yang telah lama ada di masyarakat Dataran Tinggi Dieng. "Fenomena anak-anak berambut gimbal ini adalah sesuatu yang khas di Dataran Tinggi Dieng. Mungkin tidak umum di masyarakat lain, tetapi di sini dianggap sebagai anugerah," katanya.
Menurut keyakinan masyarakat setempat, rambut gimbal ini hanya bisa dihilangkan melalui prosesi ritual yang dipimpin oleh tetua adat. "Untuk membuat rambut mereka kembali normal, harus dilakukan ritual pencukuran, mulai dari penjamasan hingga proses pencukuran itu sendiri. Jika permintaan anak-anak tidak dipenuhi, rambut gimbal mereka bisa tumbuh lagi," jelas Tursiman.
Pada DCF ke-14 ini, banyak anak yang ingin mengikuti prosesi tersebut, namun panitia membatasi jumlah peserta hanya 13 anak. "Sebenarnya ada sekitar 30 orang yang mendaftar, termasuk beberapa yang sudah dewasa, tetapi kami batasi untuk anak-anak usia SD ke bawah. Jika tidak dicukur melalui ritual ini, rambut mereka bisa tetap gimbal hingga dewasa," tambahnya.
Editor : EldeJoyosemito