Mengenang WS Rendra, Sastra Tak Pernah Mati di Purwokerto

Dukungan juga datang dari dunia pendidikan, seperti Teater SMA 3 dan SMA 4 Purwokerto, SMK Negeri 1 Purwokerto, serta Ketua MGMP Bahasa Indonesia tingkat SMA, SMK, dan SMP. Ketua Literasi Banyumas pun hadir memberikan dukungan moral dan simbolik.
Dari sisi ormas, GP Ansor Kabupaten Banyumas mengirimkan 10 personel untuk berpartisipasi dalam acara.
“Ini bentuk gotong royong kebudayaan. Semangat WS Rendra sebagai penyair rakyat hidup kembali melalui solidaritas ini,” kata Yoga Bagus Wicaksana, salah satu tokoh penggerak budaya.
Komunitas dari luar daerah juga turut ambil bagian, seperti Komunitas Kata Sapa Purbalingga, Komunitas Penyair Institute (KPI), serta Cipta Gembira Indonesia, menandakan bahwa gaung acara ini menjangkau lebih dari sekadar wilayah Banyumas.
Para tamu undangan yang hadir juga ikut ambil bagian, masing masing membawakan puisi WS Rendra. Coki misalnya, ia membawakan puisi berjudul Gerilya.
Selain itu Joni Jonte dengan gayanya yang khas dan jenaka tak mau ketinggalan. Suasana semakin cair dengan humor humor yang dibawakan. Bahkan ia juga mengajak hadirin sekalian untuk menjalani laku kenthir atau nggemblung alis menggila dalam menghadapi kehidupan.
Namun bukan gila hilang akal melainkan gila dalam perspektif yang lebih optimistis dan konstruktif.
Sementara Edi Romadhon banyak berkisah tentang angkatan pujangga era lama. Edi Romadhon berharap, giat sastra semacam ini mampu melahirkan sastrawan muda.
Ki Tithut yang hadir juga turut membawakan deklamasi, yang disambut hangat dan meriah para penonton.
Pertunjukan Mengenang WS Rendra ini tidak hanya menjadi ruang seni, tetapi juga menjadi momen silaturahmi antar generasi seniman, pegiat budaya, dan masyarakat umum. Acara ini berhasil menggabungkan pertunjukan puisi, orasi kebudayaan, hingga semangat gotong royong dalam satu panggung.
Editor : Arbi Anugrah